Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bunga Tinggi Bank Digital Bergeming meski BI Rate Turun

Sejumlah bank digital menyampaikan belum ada rencana penyesuaian suku bunga usai penurunan BI Rate serta tingkat bunga penjaminan LPS.
Annisa Sulistyo Rini,Patricia Yashinta Desy Abigail
Jumat, 30 Mei 2025 | 08:30
Ilustrasi bank digital. Dok Istimewa
Ilustrasi bank digital. Dok Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank digital menyatakan belum ada rencana penyesuaian suku bunga, baik simpanan maupun pinjaman, usai Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan BI Rate menjadi 5,50% pada bulan ini.

PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) misalnya, hingga kini belum ada rencana penyesuaian suku bunga usai BI rate dan tingkat bunga penjaminan LPS diturunkan. SVP Finance Bank Amar David Wirawan menjelaskan hal ini disebabkan salah satunya karena perseroan telah menakar tingkat profitabilitas sebelumnya.

"Saat ini belum ada penyesuaian suku bunga karena secara kredit, kami sudah menakar NPL dan profit, sehingga suku bunga tidak menjadi concern. Kalau cost of fund [CoF] masih bisa kami absorb, kami akan tetap stay," ujarnya di Jakarta, Rabu (28/5/2025).

Selain itu, David menyebutkan pasar yang digarap Bank Amar tidak terlalu sensitif terhadap perubahan suku bunga. Sebagai informasi, bank milik Tolaram Group ini fokus di segmen UMKM.

Menurut David, segmen ini lebih mempertimbangkan akses layanan keuangan serta bagaimana cara mencicil setiap bulan. Perubahan bunga, lanjutnya, tidak terlalu berpengaruh bagi nasabah selama mereka mampu untuk melanjutkan akses pendanaan.

Melansir dari situs resmi perseroan saat ini untuk produk simpanan, Bank Amar menawarkan bunga deposito hingga 9% per tahun. Sementara, untuk produk pinjaman melalui Tunaiku suku bunga ditetapkan 3%-5% flat per bulan atau bunga maksimum per tahun 24% hingga 60%.

Bank digital milik Chairul Tanjung,PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), juga menyatakan belum memiliki rencana untuk menyesuaikan suku bunga dalam waktu dekat, di tengah dorongan BI agar perbankan menurunkan suku bunga kredit dan simpanan untuk memperkuat penyaluran kredit.

Bunga Tinggi Bank Digital Bergeming meski BI Rate Turun

Nasabah melakukan transaksi melalui aplikasi Allo Bank di Jakarta, Selasa (4/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Presiden Direktur Allo Bank Indra Utoyo menjelaskan bahwa keputusan ini mempertimbangkan kondisi makroekonomi yang masih menantang, termasuk tekanan likuiditas yang tinggi dan persaingan DPK yang semakin ketat.

“Pada saat ini kami belum memiliki rencana untuk menyesuaikan suku bunga deposito, mengingat tekanan likuiditas yang masih tinggi dan kompetisi DPK yang cukup ketat,” kata Indra kepada Bisnis, Rabu (21/5/2025).

Meski demikian, Allo Bank terus mencatatkan pertumbuhan kredit digital yang signifikan. Pertumbuhan ini, menurut Indra, harus diimbangi dengan pendanaan digital yang sehat agar rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) tetap dapat dikelola secara prudent.

“Tantangan kami adalah menjaga keseimbangan antara ekspansi kredit dan pertumbuhan pendanaan, agar kualitas intermediasi dan stabilitas bank tetap terjaga,” jelasnya.

Terkait strategi penetapan suku bunga simpanan, Allo Bank menerapkan pendekatan kompetitif yang menyesuaikan kebutuhan pasar dan nasabah. Penyesuaian ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan cost of fund dan menjaga keseimbangan antara aset dan liabilitas (asset and liabilities management).

“Kami terus melakukan antisipasi agar net interest margin [NIM] tetap optimal, sehingga profitabilitas bank tetap terjaga,” tambah Indra.

Adapun, BI memandang suku bunga kredit dan simpanan perbankan perlu diturunkan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa suku bunga instrumen di pasar uang seperti Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN) cenderung menurun usai bank sentral memangkas BI Rate pada Januari lalu.

“Namun demikian, suku bunga perbankan masih tetap relatif tinggi. Pada April 2025 suku bunga deposito 1 bulan tercatat 4,83%, meningkat dari 4,81% pada awal Januari 2025,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI secara virtual, Rabu (21/5/2025).

Dia menjelaskan, terdapat kecenderungan sejumlah bank untuk menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan. Perry lantas melanjutkan suku bunga kredit perbankan juga masih relatif tinggi, yakni sebesar 9,19% pada April 2025. Angka itu disebutnya relatif sama dengan 9,20% pada awal Januari 2025.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga buka suara perihal industri perbankan digital yang masih menawarkan suku bunga deposito tinggi untuk mendorong penghimpunan DPK.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memaparkan bahwa rerata tertimbang suku bunga DPK pada Maret 2025 secara keseluruhan masih meningkat secara tahunan. Hal ini tak terlepas dari penurunan suku bunga secara global yang baru terjadi pada September 2024, dengan laju yang disebutnya cukup terhambat.

“OJK melihat peningkatan suku bunga deposito bank digital masih dalam kondisi wajar. OJK memantau dengan seksama tren kenaikan suku bunga deposito, khususnya oleh bank digital yang tengah agresif menghimpun DPK,” katanya dalam jawaban tertulis Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK bulanan, Minggu (25/5/2025).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper