Bisns.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) bersiap melangkah ke babak baru. Kementerian BUMN tengah mengkaji pemisahan (spin off) raksasa keuangan syariah hasil peleburan tiga bank milik Himbara ini dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI).
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan BSI nantiknya akan berada langsung di bawah kendali Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Proses pemisahan tersebut masih bergulir dan belum menginjak tahap final.
“Belum, masih proses. Kan nanti dari Danantara akan mengajukan ke kami, baru kita lihat seperti apa prospeknya,” ujar Erick saat ditemui kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (2/6/2025).
Ia menegaskan, Kementerian BUMN kini berdiri sebagai regulator. Artinya, kajian dan pengajuan resmi sepenuhnya menjadi domain Danantara. “Iya, nanti ada kajian dari mereka. Posisi saya sekarang sebagai regulator,” tuturnya.
Untuk diketahui, BSI merupakan hasil merger besar-besaran tiga bank syariah milik negara, yakni Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah. Bank Mandiri merupakan pemegang saham mayoritas.
Saat ini, Bank Mandiri menggenggam 51,47% saham BSI. Disusul Bank Negara Indonesia (BNI) dengan porsi 23,24%, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 15,38%. Sisanya, 9,91% saham beredar di tangan publik.
Baca Juga
Rencana spin off ini diyakini sebagai bagian dari langkah besar pemerintah dalam memperkuat posisi sektor keuangan syariah nasional. Pengalihan kepemilikan dari Bank Mandiri ke Danantara dianggap strategis untuk membentuk ekosistem syariah yang lebih mandiri dan dinamis di bawah satu payung investasi.
Sementara itu, BSI baru saja menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Jumat (16/5/2025). Salah satu keputusan penting dalam forum tersebut adalah pengangkatan Anggoro Eko Cahyo sebagai Direktur Utama yang baru, menggantikan Hery Gunardi.
Anggoro sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan. Adapun Hery kini didapuk menjadi orang nomor satu di Bank Rakyat Indonesia (BRI).
RUPST BSI juga menyetujui pembagian dividen senilai Rp1,05 triliun atau 15% dari laba bersih tahun buku 2024 yang tercatat sebesar Rp7,01 triliun. Setara dengan Rp22,78 per lembar saham, angka ini melonjak 22,86% dari dividen tahun sebelumnya yang berada di kisaran Rp18,54 per saham.