Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) buka suara perihal harga saham perbankan dengan kode BRIS itu yang sempat mengalami koreksi beberapa waktu terakhir.
Wisnu Sunandar, Corporate Secretary Bank Syariah Indonesia, menjelaskan bahwa secara fundamental kinerja perusahaan masih berada dalam tren positif.
Menurut Wisnu, koreksi tajam yang sempat terjadi beberapa waktu terakhir lebih disebabkan oleh faktor eksternal, khususnya kondisi ekonomi makro dan aksi ambil untung (profit taking) dari investor.
“Penurunan [saham] merupakan hal yang wajar. Ini juga bertepatan dengan musim pembagian dividen, yang biasanya diikuti oleh aksi [ambil untung] profit taking,” kata Wisnu saat ditemui baru-baru ini.
Sebagai gambaran, saham BRIS sempat mencatatkan koreksi tajam sebesar 8,27% pada perdagangan Rabu (4/6/2025). Secara mingguan, saham BRIS tercatat melemah hingga 14,33% atau turun 430 poin.
Namun, pada penutupan perdagangan terakhir sebelum libur panjang Iduladha, yakni Kamis (5/6/2025), saham BRIS berhasil rebound dengan kenaikan 0,78% atau 20 poin ke level Rp2.570 per saham.
Wisnu menambahkan bahwa tren koreksi saham BRIS masih dalam batas normal sehingga dia meyakini saham BRIS memiliki potensi untuk kembali menguat dalam waktu dekat. “Kalau saham sudah naik tinggi, biasanya akan ada profit taking. Saat harga turun, itu saatnya buy [saham BSI],” ujarnya.
Adapun, kinerja saham BRIS menunjukkan rapor merah dalam sepekan terakhir yang turun 14,33% atau 430 poin ke Rp2.570 per saham. Selama satu bulan terakhir, saham BRIS bahkan tercatat melemah 11,07% atau 320 poin.
Selain itu, saham BRIS juga tercatat turun secara year-to date (YtD) 5,85% atau 160 poin ke Rp2.570 per saham.
Untuk diketahui, Bank Syariah Indonesia mencatatkan saham perdana di lantai bursa pada 9 Mei 2018 dengan harga IPO Rp510 per saham. Perusahaan melepas 2,62 miliar saham dengan dana segar yang dikantongi Rp1,3 triliun.