Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Arah Penyaluran Kredit Bank saat Emiten Batu Bara Diversifikasi Bisnis

Bagaimana kondisi penyaluran kredit ke sektor pertambangan seperti batu bara di saat beberapa emiten mulai diversifikasi bisnis?
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita

Manajemen TOBA yang dinakhodai Pandu Sjahrir menyebut divestasi ini memberikan ruang lebih besar bagi perusahaan untuk mengembangkan portofolio hijau, termasuk energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan kendaraan listrik.

Sementara itu, PT Indika Energy Tbk. (INDY) menargetkan 50% pendapatan berasal dari bisnis nonbatu bara pada 2028 dan mencapai emisi nol bersih pada 2050. INDY tercatat telah melepas sejumlah unit usaha batu bara dan logistiknya, termasuk penjualan 51% saham di PT Multibahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS) senilai US$41,31 juta.

Langkah serupa diambil PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) melalui spin-off unit usaha batu bara termal PT Adaro Andalan Indonesia (AADI).

Presiden Direktur dan CEO Adaro Garibaldi Thohir menyebut langkah ini strategis dalam menyeimbangkan portofolio bisnis serta mendukung target 50% pendapatan dari sektor nonbatu bara termal paling lambat 2030.

“Pemisahan ini memungkinkan masing-masing entitas untuk fokus pada kekuatan inti dan potensi pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Garibaldi.

Namun demikian, permintaan batu bara diproyeksi masih akan tetap prospektif meski porsi rencana penambahan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Tanah Air semakin berkurang. Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034, penambahan PLTU dalam 10 tahun ke depan dipatok sebesar 6,3 gigawatt (GW). 

Angka itu lebih rendah dibandingkan target penambahan listrik dari PLTU pada RUPTL 2021-2030 yang sebesar 19,7 GW. Sementara itu, porsi penambahan pembangkit hingga 2034 akan didominasi oleh pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 42,6 GW atau 61% dari total penambahan pembangkit. 

Melihat rencana tersebut, pelaku usaha batu bara optimistis permintaan batu bara masih menjanjikan. Apalagi belum ada kejelasan pasti mengenai rencana pensiun dini PLTU dalam RUPTL terbaru PLN.

Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menilai permintaan batu bara untuk ekspor maupun domestik masih tinggi. "Kami masih optimistis permintaan batu bara, baik domestik maupun ekspor masih cukup bagus," kata Hendra.

Dia bahkan, memproyeksikan serapan batu bara di pasar domestik yang saat ini porsinya mencapai 25% bisa naik menjadi 30%. Menurutnya, permintaan batu bara dalam negeri akan ditopang oleh industri smelter. Hendra menilai industri pengolahan itu masih berpotensi ekspansif.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper