Bisnis.com, JAKARTA--Di tengah ketatnya likuiditas industri perbankan, Bank Indonesia tengah menyetujui hampir seluruh utang luar negeri bank senilai US$6 miliar untuk mencukupi kebutuhan ekspansi.
"Yang belum disetujui hanya US$1 miliar saja," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah, Jumat (3/10/2014).
Halim mengungkapkan hampir semua bank telah diberikan izin meminjam dari luar negeri.
Menurutnya, jika ada bank yang belum diberikan izin, disebabkan masih dalam proses pengkajian persyaratan bank yang mengajukan utang.
Dia mengungkapkan BI akan menilai kelayakkan utang bank tersebut. Bilamana memberatkan Indonesia, sambungnya, maka bank sentral tidak akan mengizinkan pencairan utang.
Menurutnya, kondisi pinjaman luar negeri bank, sangat bergantung dengan situasi dalam negeri. Jikalau perekonomian Indonesia tumbuh, lanjutnya, maka kebutuhan likuiditas tahun depan meningkat.
Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah sikap pemerintah baru untuk mengelola fiskal.
Halim mengungkapkan seandainya ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan suku bunga Amerika Serikat naik, maka hal tersebut akan berpengaruh pada Indonesia.
Dia menbmahkan bank sentral akan menyetujui utang bank, jika dana segar tersebut digunakan untuk kegiatan yang produktif.
Berdasarkan statistik utang luar negeri, posisi utang luar negeri bank pada Juli 2014 mencapai US$29,16 miliar, tumbuh 30,29% dari posisi US$22,38 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya.