Bisnis.com, JAKARTA—Optimalisasi penagihan dan restrukturisasi menjadi strategi perbankan syariah dalam menangani pembiayaan bermasalah. Cara ini diyakini bisa menekan laju non-performing financing.
Kini rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing / NPF) berhasil digiring ke level yang lebih rendah. Statistik Perbankan Syariah yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan per September tahun ini NPF susut ke kisaran 4,67%.
Persentase tersebut adalah NPF terendah sejak awal tahun ini, apalagi dibandingkan dengan NPF pada Mei. Kala itu, rasio pembiayaan bermasalah sempat menyentuh 6,17% atau yang tertinggi selama Januari hingga penghujung kuartal III/2016.
Restrukturisasi pembiayaan dilakukan salah satunya oleh PT Bank BNI Syariah. NPF gross perseroan per September tahun ini 3,03%. Angka ini, diakui Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono, melambung ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar 2,54%.
“NPF kami di kisaran 3% sekarang, ini sudah meningkat dibandingkan tahun lalu. Karena itu, kami ingin jaga sampai akhir tahun NPF ini maksimal 3,2%, tidak lebih,” tuturnya kepada Bisnis.
Secara terpisah SEVP Bisnis PT Bank BNI Syariah Dhias Widhiyati mengutarakan, perusahaan optimistis bakal terjadi down grade alias penurunan rasio pembiayaan bermasalah. Besarannya diupayakan tak lebih dari 3,2% - 3,3%.
“Kami lakukan pemantauan intensif terhadap perkembangan usaha nasabah dan pembayaran kewajiban bank,” katanya menjawab Bisnis.
Saat ini industri pengolahan, perdagangan, dan pembiayaan linkage melalui multifinance maupun koperasi menjadi kontributor utama NPF BNI Syariah. Oleh karena itu, anak usaha PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. ini berupaya mengoptimalkan penagihan disertai restrukturisasi pembiayaan.
Peningkatan NPF September tahun ini secara tahunan tidak hanya dialami BNI Syariah tetapi juga BCA Syariah. September tahun lalu NPF perseroan 0,6% tetapi bulan yang sama tahun ini menjadi 1,1%. Kendati demikian perseroan optimistis bisa menjaga rasio ini tidak semakin bengkak.
“Kami proyeksikan NPF remain the same. Kami berusaha terus menjaga kualitas pembiayaan kami,” ujar Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih.
Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) memproyeksikan rasio pembiayaan bermasalah yang semakin menciut pada tahun depan. Asosiasi tak ragu membidik NPF bakal bercokol di kisaran 3,45%.
Direktur Eksekutif Asbisindo Beny Witjaksono mengatakan sejalan dengan ekspansi perbankan syariah, NPF bakal membaik. Apabila proyeksi pertumbuhan aset sebesar 12%—15% tahun depan tercapai, rasio NPF bank syariah bisa mencapai prediksi tersebut.
“Kalau beberapa proyeksi [pertumbuhan aset dan pembiayaan tahun depan] itu berjalan, membaik kurang lebih sekitar 30%, sehingga ketemu di angka 3,45% [NPF gross 2017],” ujarnya.