Bisnis.com, MATARAM -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nusa Tenggara Barat optimistis perbankan NTB bisa mencapai target penyaluran kredit hingga 12% pada akhir tahun 2017.
Kepala OJK NTB Yusri mengatakan, meskipun penyaluran kredit dirasakan cukup berat pada triwulan I/2017, namun dia memprediksi mulai ada harapan begitu memasuki triwulan II/2017.
"Memang kendalanya karena ekonomi secara umum sedang lesu, tetapi begitu triwulan II dan seterusnya biasanya sudah ada perubahan dan kami optimistis bisa mencapai target 12% untuk NTB," ujar Yusri saat dihubungi Bisnis.com di Mataram, Jumat (16/6/2017).
Menurut Yusri, gairah penyaluran kredit tersebut akan bergerak naik seiring dengan meningkatnya pembiayaan untuk membangun infrastruktur di daerah.
Yusri berharap bisa terjadi simbiosis mutualisme antara pemerintah daerah dan industri perbankan dalam upaya melaksanakan proyek-proyek pembangunan daerah.
"Perbankan bisa membantu pemda dalam pembiayaan infrastruktur. Begitu pula sebaliknya, pemerintah daerah aktif untuk mencari sumber pembiayaan pembangunan. Salah satunya dengan bersinergi dengan perbankan. APBN dan APBD kan terbatas," ujar Yusri.
Baca Juga
Berdasarkan data yang dikeluarkan OJK NTB per Maret 2017, saat ini pertumbuhan kredit bank umum konvensional dan syariah di NTB sebesar 26,26% (y-o-y) dengan nilai sebesar Rp31,31 triliun dan 405.162 rekening.
Sementara itu, himpunan dana pihak ketiga tumbuh sebesar 11,33% dengan nilai Rp21,28 triliun.
Dengan kondisi demikian, loan to deposit ratio atau LDR di NTB masih cukup tinggi di angka 140,5% atau naik 13,59% (y-o-y).
Yusri menyatakan, perbankan di NTB masih banyak mengandalkan dana kantor pusat atau dana dari luar NTB untuk memenuhi kebutuhan penyaluran kredit yang cukup besar. Untuk itu, perbankan dituntut aktif dalam melakukan upaya peningkatan dana himpunan di NTB.
"Karena tidak mungkin menekan kredit, yang harus dilakukan adalah genjot dan tingkatkan DPK," ujar Yusri.
Tercatat, kondisi kredit bermasalah di NTB atau non performing loan dapat dikelola dengan baik. NPL berada di angka 1,79% gross per Maret 2017.
Dengan sektor utama yang berpengaruh terhadap NPL adalah perdagangan dengan nominal Rp295 miliar. Berdasarkan data OJK, sebanyak 10.121 rekening yang masuk dalam kategori kredit bermasalah ini.