Bisnis.com, JAKARTA – Kredit konsumsi mulai bangkit bila melihat tren sampai semester I/2017 setelah mengalami tren perlambatan sejak 2013. Daya beli masyarakat pun diprediksi masih berpotensi terus meningkat pada semester II/2017 seiring tingkat partisipasi angkatan kerja yang naik.
Sampai Mei 2017, pertumbuhan kredit konsumsi mencatatkan kenaikan sebesar 13,41% menjadi Rp1.285 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Persentase pertumbuhan itu mendekati level kenaikan pada Mei 2013 yang sebesar 18,42%.
Adapun, persentase pertumbuhan pada Mei 2013 itu menjadi awal tren perlambatan kredit konsumsi yang terus berlanjut hingga akhir tahun lalu. Pada Mei 2016, kredit konsumsi hanya tumbuh 9,04%.
Kepala Ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk. Adrian Panggabean mengatakan, pertumbuhan kredit konsumsi sudah menunjukkan tren rebound setelah sempat mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.
“Potensi kredit konsumsi pun masih bagus bila melihat potensi daya beli masyarakat. Apalagi, dengan tingkat partisipasi angkatan kerja yang naik membuat potensi spending daya beli itu ada, tetapi belum maksimal memang,” ujarnya pada Senin (17/7).
Adrian mengatakan, daya beli masyarakat itu bukannya tidak ada, tetapi tampaknya masih sedikit di tahan seperti ditempatkan dulu pada instrumen dana pihak ketiga (DPK) maupun instrumen investasi di pasar modal.
“Intinya, dengan tingkat partisipasi angkatan kerja yang naik berarti daya beli itu ada, hanya menunggu waktu saja. Dengan kondisi ekonomi yang membaik, pertumbuhan kredit akan naik walaupun perlahan atau tidak bisa langsung melonjak,” ujarnya.
Memang dari sisi dana pihak ketiga (DPK) sampai Mei 2017 mencatatkan kenaikan yang lebih besar ketimbang pertumbuhan kredit.
Dari data Bank Indonesia (BI), sampai Mei 2017 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,9% menjadi Rp4.876 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Secara year on year (yoy), persentase pertumbuhan itu juga lebih tinggi ketimbang April 2017 yang naik sebesar 9,5%.
Adapun, untuk pertumbuhan kredit masih berada di bawah dua digit yakni sebesar 8,6% menjadi Rp4.453 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Sementara itu, untuk pertumbuhan kredit secara industri, Adrian memperkirakan kredit perbankan bisa naik sekitar 9,5% sampai 11,8%.
Pertumbuhan kredit industri perbankan itu diprediksi dengan melihat perkiraan pertumbuhan kredit pada bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kreditnya tumbuh sekitar 15% sampai 18%, kredit bank swsata nasional diperkirakan naik sebesar 5% sampai 9%, dan kredit bank campuran dan asing tumbuh sekitar 1% sampai 5%.