Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hai Milenial, Jangan Sampai Kebanyakan Beli Kopi, Lupa Investasi

Kaum milenial yang kini mendominasi karena tengah berada di umur produktif punya banyak stigma, positif maupun negatif. Salah satunya kecenderungan untuk experience buying, yaitu membeli kepuasan yang sifatnya sesaat.
Komunitas Investhink Indonesia
Komunitas Investhink Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Kaum milenial yang kini mendominasi karena tengah berada di umur produktif punya banyak stigma, positif maupun negatif. Salah satunya kecenderungan untuk experience buying, yaitu membeli kepuasan yang sifatnya sesaat.

Mereka suka berbelanja—baik di toko luring maupun daring, nongkrong di kafe untuk ngopi-ngopi, update gawai terbaru, sampai nonton konser musik ke negara lain.

Berdasarkan data dari perusahaan jasa keuangan konsumen yang berbasis di New York City, Bankrate, 29% milenial membeli kopi setidaknya 3 kali setiap minggunya, 54% makan di luar 3 kali bahkan lebih setiap minggunya.

Hal yang lebih buruk lagi adalah hasil survei yang menyatakan bahwa 60% milenial tidak melakukan perencanaan keuangan. Menurut Malik Adhi, founder Investhink Indonesia, hal tersebut memperburuk kondisi mereka, selain keuangan yang belum terencana, mereka juga belum memikirkan kehidupan yang lebih panjang di masa depan.

Padahal tanpa disadari, fenomena YOLO (You Only Live Once) ini dapat diartikan bahwa hidup kita hanya sekali sehingga harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Sebagian milenial ini tidak melihat urgensi mempersiapkan biaya-biaya di masa mendatang seperti biaya menikah, pendidikan anak, apalagi pensiun.

Hal ini diperkuat dengan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2016 yang menyatakan bahwa literasi keuangan di Indonesia hanya 29,66% dan jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

“Indonesia memiliki potensi ekonomi  yang sangat besar ke depanya. Akan tetapi untuk mencapai tujuan itu ada banyak sekali pekerjaa rumah yang harus dilakukan, salah satunya adalah peningkatan literasi keuangan, terutama di usia muda,” ujar Malik Adhi dalam rilis yang Bisnis terima Rabu (10/10/2018).

Menurutnya, pengetahuan tentang keuangan perlu ditanamkan selagi usia muda, supaya bisa menjadi kebiasaan positif, juga berdampak baik pada perekonomian Indonesia.

“Investhink dibuat untuk menjadi suatu wadah dalam bentuk komunitas, untuk para generasi milenial bisa saling membangun jejaring, sharing dan belajar tentang investasi di dunia keuangan. Agar investasi menjadi suatu gaya hidup bagi generasi milenial,” tambah Malik.

Pada 6 Oktober 2018, ujar Malik, pihaknya mengadakan Investhink Class yang merupakan bagian dari Gerakan Indonesia Cerdas Finansial (GICF). Acara itu hasil kolaborasi dengan Halofina dan Mandiri Investasi, dengan mengangkat tema “Seizing Investment Opportunities in The Digital Area.”

GICF sebagai kampanye edukasi publik bertujuan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan.

“Berbagai program edukasi sudah kami jalankan, dalam berbagai bentuk seperti pelatihan, sharing session, workshop dan live radio talkshow, meluncurkan e-learning platform Finapedia Course dan bersama Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Indonesia membangun kelas keuangan online bagi UMKM hingga yang terbaru adalah membangun aplikasi robo advisor Halofina,” ujar Eko P. Pratomo, inisiator GICF.

Dalam acara ini, salah satu financial expert Halofina, Mohammad B. Teguh, memaparkan potensi investasi di Indonesia, pemilihan, dan strategi investasi yang dapat dijalankan oleh generasi milenial. Disertai pula dengan kiat dan trik membuat investasi menjadi bagian dari gaya hidup milenial.

“Kalau mau jadi generasi milenial yang cerdas finansial caranya abaikan omongan orang lain tentang gaya kita, yang penting bisa Investasi. Di saat orang lain beli gadget baru, jangan mau kalah buat beli reksa dana atau malah saham. Karena invetasi itu bukan sekedar asal invest, tapi investasinya berdasarkan pada tujuan hidupmu (goal based investment),” tambah Mohammad Teguh.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper