Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah BCA Pernah Dikuras Dananya Saat Krisis 1998

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menceritakan kembali kondisi perusahaan saat terjadi krisis finansial lebih dari 2 dekade silam.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja. Bisnis/Nurul Hidayat
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini PT Bank Central Asia Tbk. menjadi bank swasta terbesar di Indonesia dengan aset senilai Rp918,99 triliun pada 2019. Namun, pada saat krisis 1998, BCA pernah mengalami kisah pahit.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menceritakan kembali kondisi perusahaan saat terjadi krisis finansial lebih dari 2 dekade silam. Dia menyebutkan masih ingat betul pada November 1997, IMF mengeluarkan advice untuk menutup 16 bank.

"Saat itu, program penjaminan simpanan belum ada dan menyebabkan masyarakat panik. Mereka bergeser ke bank-bank pemerintah dan swasta yang besar karena dianggap lebih aman," ujarnya pada Rabu (10/6/2020).

Sayangnya, pada 1998 tidak hanya ada krisis keuangan, tetapi juga terjadi gejolak politik. Bank swasta, terutama BCA, terkena rumor politik dan masyarakat yang memindahkan dana ke bank-bank besar pun langsung dilanda kepanikan.

"Kami di-rush [ditarik dana] luar biasa, lebih dari 35 persen DPK [dana pihak ketiga] kami dikuras, ditarik," kata Jahja.

Namun, Jahja menyebutkan dari krisis 1998 ada pelajaran yang dipetik. Setelah itu, mulai dikenalkan program penjaminan simpanan. Saat ini, simpanan masyarakat di bank yang dananya di bawah Rp2 miliar dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

"Dengan penjaminan sekarang, seharusnya masyarakat lebih tenang, enggak panik. Kami bersyukur juga 98 mempersiapkan perbankan dan pengusaha dengan suatu pelajaran yang sangat penting," katanya.

Selain menjadi bank swasta terbesar di Indonesia, saat ini porsi dana murah berupa tabungan dan giro di BCA termasuk tinggi dibandingkan dengan bank-bank lain, yaitu sebesar 76,72 persen dari total himpunan DPK, yang senilai Rp741,02 triliun pada kuartal I/2020.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper