Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia merilis data terbaru terkait kondisi indikator stabilitas rupiah dengan mencermati perkembangan perekonomian Indonesia sebagai dampak penyebaran Covid-19.
Berdasarkan informasi yang disampaikan Kepala Departemen Komunikasi Direktur Eksekutif Bank Indonesia Onny Widjanarko lewat keterangan tertulis Jumat (26/6/2020), BI memantau indikator nilai tukar dan inflasi pada 22-25 Juni 2020.
Untuk nilai tukar per hari Kamis 25 Juni 2020, rupiah ditutup pada level Rp14.000 per dolar AS kemudian dibuka melemah pada level Rp14.110 per dolar AS pada Jumat (26/6) pagi. Kemudian yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun stabil pada level 7,15% pada Kamis (25/6), kemudian naik jadi 7,18% pada Jumat (26/6) pagi.
Sementara itu, untuk Yield UST (US Treasury) Note dengan tenor 10 tahun turun ke level 0,686%.
Lebih lanjut, untuk indikator aliran modal asing pada pekan keempat Juni 2020, premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun naik ke 131,66 bps per 25 Juni 2020 dari 121,57 bps per 19 Juni 2020.
Berdasarkan data transaksi 22-25 Juni 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp3,40 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp4,92 triliun, dan jual neto di pasar saham sebesar Rp1,52 triliun.
Baca Juga
Kemudian, berdasarkan data setelmen selama 2020 (year to date/ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp141,72 triliun.
Untuk indikator inflasi, berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Juni 2020, inflasi Juni 2020 diperkirakan sebesar -0,01% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juni 2020 secara tahun kalender sebesar 0,90% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,76% (yoy).
Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari berasal dari komoditas bawang putih sebesar -0,04% (mtm), cabai merah, jeruk dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar -0,03% (mtm), cabai rawit, gula pasir dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02% (mtm), serta minyak goreng sebesar -0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu daging ayam ras sebesar 0,13% (mtm), telur ayam ras sebesar 0,05% (mtm), dan tomat sebesar 0,01% (mtm).
“BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” kata Onny.