Melihat Peluang Investasi Indonesia setelah Pandemi

Mandiri Investment Forum 2021 diharapkan menjadi tempat bertukar pikiran serta dialektika antara stakeholders guna meningkatkan investasi di jangka menengah, sehingga Indonesia dapat terhindar dari middle income trap di tahun 2045.
Gambar: Mandiri Investment Forum (MIF) 2021
Gambar: Mandiri Investment Forum (MIF) 2021

Bisnis.com, JAKARTA - Tahun 2020 adalah periode yang menantang bagi seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia, karena pandemi Covid-19. Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi paling dalam di kuartal II 2020 sebesar -5,3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), diikuti dengan tingkat pengangguran yang meningkat ke level 7,1% dari 5,2% di 2019.

Namun dengan pengendalian pandemi yang ditopang oleh kebijakan stimulus dari sisi fiskal maupun moneter, perekonomian Indonesia mulai memasuki recovery cycle. Menariknya, di tengah badai krisis, realisasi investasi tetap mengalami peningkatan. Investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI), dalam konteks USD, naik 1,6% di 2020, di mana ini merupakan pertumbuhan positif pertama sejak 2017. Peningkatan ini didorong oleh FDI di secondary sector, terutama investasi di base metal sector yang merupakan dampak positif dari kebijakan pemerintah untuk mendorong hilirisasi di sektor berbasis komoditas.

Bersamaan dengan FDI, investasi langsung domestik (domestic direct investment/DDI) mencatatkan pertumbuhan yang relatif stabil di 7% tahun lalu. Secara keseluruhan, peningkatan investasi, baik FDI maupun DDI, menggambarkan tingkat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia di jangka menengah yang masih menjanjikan. Kami memperkirakan tren ini akan terus berlanjut di 2021, didukung perubahan struktural dari sisi domestik dan global.

Dari faktor domestik, Indonesia berhasil meloloskan Omnibus Law untuk penciptaan lapangan kerja yang merupakan reformasi struktural terbesar sejak krisis 1997–1998. Undang-undang ini diharapkan dapat menyelesaikan hambatan-hambatan investasi dasar seperti perizinan dan tenaga kerja. Omnibus Law juga menjadi pondasi untuk terciptanya Sovereign Wealth Fund (SWF) pertama di Indonesia yang diharapkan menjadi satu wadah besar investasi yang penggunaannya akan dikelola untuk proyek-proyek strategis nasional. Pada intinya, reformasi struktural ini adalah bagian penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografinya, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah. Sebagai informasi, sensus penduduk terbaru yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) di 2020 menunjukkan bahwa 53,8% penduduk Indonesia didominasi oleh Gen Z dan milenial.

Di sisi yang lain, kami memperkirakan akan terjadi perubahan struktural di sisi global. Salah satu silver lining yang bisa kita ambil dari pandemi ini adalah akan terjadinya diversifikasi investasi langsung pada global supply chain. Atau dengan kata lain, investasi langsung tidak hanya terkonsentrasi di beberapa negara ke depannya. Survei yang dilakukan oleh Gartner memperlihatkan bahwa 33% dari global supply chain leaders akan memindahkan aktivitas manufakturnya keluar dari Cina dalam dua atau tiga tahun ke depan.

Maka dari itu, kami melihat momentum reformasi struktural Indonesia sangatlah tepat dengan momen perubahan struktural dari sisi investasi global, dan hal ini sudah tercermin dari beberapa komitmen investasi. Sebagai contoh, Indonesia telah mendapatkan komitmen investasi yang mencapai USD10 miliar untuk SWF yang berasal dari Jepang, Kanada, Amerika Serikat, dan Belanda. Lebih lanjut, Indonesia telah menerima komitmen investasi sebesar USD15 miliar dari Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Energy Solution untuk mengembangkan integrated electric vehicle’s battery industry, di mana hal ini berpeluang diikuti oleh perusahaan multinasional seperti Tesla.

Tentu, kombinasi perubahan struktural dari sisi domestik dan global ini harus dimanfaatkan untuk menarik peluang investasi sebesar mungkin karena Indonesia akan berkompetisi dengan negara lain. Maka dari itu, Mandiri Investment Forum (MIF) 2021 yang merupakan forum investasi terbesar di Indonesia diharapkan menjadi tempat bertukar pikiran serta dialektika antara stakeholders, baik dari sisi pemerintah maupun investor, untuk memaksimalkan kebijakan-kebijakan yang harus ditempuh guna meningkatkan investasi di jangka menengah, sehingga Indonesia dapat terhindar dari middle income trap di tahun 2045. Tentunya, kita berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai rata-rata di atas 6% di jangka menengah dengan motor pertumbuhan yang berasal dari akselerasi investasi.

MIF 2021 mengambil tema ‘Reform after the Storm’ diharapkan bisa membantu investors untuk mempersiapkan strategi investasi di Indonesia di tahun 2021. Acara yang akan dihadiri oleh lebih dari 14.000 peserta dari dalam dan luar negeri.

Acara ini akan ini dimulai pada 1 Februari 2021 dengan agenda virtual Site Visit ke perusahaan-perusahaan teknologi serta perusahaan perbankan untuk melihat perkembangan segmen UMKM, kemudian akan dilanjutkan dengan Macro Day sebagai perhelatan utama MIF yang akan diselenggarakan pada 3 Februari 2021 dengan mempertemukan para investor dengan narasumber dari pemerintahan dan para pelaku industri.

Selanjutnya, MIF 2021 akan dilanjutkan dengan Morning Talk with Chairman of BKPM, Bahlil Lahadalia dan Investment Clinic yang dipandu oleh tim BKPM. Investment Clinic ini sangat penting untuk memberikan solusi kepada investor yang selama ini mengalami tantangan dalam berinvestasi di Indonesia.

Rangkaian MIF 2021 ditutup dengan Corporate Days pada 4-5 Februari 2021 yang akan mempertemukan investors Mandiri Sekuritas dengan para emiten. Diharapkan, acara ini akan mendorong kepercayaan investor, terutama investor asing, untuk meningkatkan porsi investasi di pasar modal Indonesia. Informasi selengkapnya dapat dilihat di www.mandiriinvestmentforum.com.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper