Bisnis.com, JAKARTA - Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) menekankan bahwa unit-linked atau produk asuransi yang dikaitkan investasi (PAYDI) memiliki potensi besar untuk bertumbuh dalam waktu dekat.
President Director Prudential Indonesia Jens Reisch mengakui bahwa produk PAYDI banyak menjadi target komplain dari nasabah memang benar adanya. Terlebih, Prudential Indonesia memiliki total enam juta nasabah dari latar belakang yang beragam.
"Jadi prioritas itu edukasi, kadang memang tidak mudah, apalagi yang menyangkut investasi. Tapi Prudential ada komitmen besar buat ikut memberikan literasi keuangan supaya bisa engage dengan nasabah," ujarnya, Rabu (21/4/2021).
Oleh sebab itu, Prudential Indonesia ikut aktif berdiskusi bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait berbagai wacana aturan main baru soal unit-linked.
"Tapi saya sangat mendukung inisiatif yang mengarah kepada edukasi dan perlindungan konsumen, juga bagi industri. Dalam kondisi pandemi, yang penting bagi setiap orang itu ada proteksi. Kami pasti mendukung dan akan mengimplementasikannya," tambahnya.
Jens optimistis, kendati produk PAYDI saat ini sedang banyak diterpa isu miring karena banyaknya produk-produk yang nilai investasinya turun akibat pandemi, potensinya untuk tumbuh masih besar. Tak terkecuali di dalam produk-produk Prudential Indonesia sendiri, yang menekankan investasi long term dan punya potensi bertumbuh lagi setelah perekonomian nasional pulih.
Baca Juga
Nicholas Oliver Holder, Chief Financial Officer Prudential Indonesia, mengamini bahwa tahun ini produk-produk PAYDI Prudential Indonesia pasti recovery, terdorong oleh fundamental ekonomi Indonesia yang masih bagus.
"Indonesia masih menjadi pasar yang potensial karena kita yakin perekonomian cepat pulih. Selain itu, potensi juga datang dari demografi yang besar dan penetrasi asuransi Indonesia yang masih bisa berkembang," ungkapnya.
Sekadar informasi, sepanjang 2020 total aset investasi Prudential Indonesia sebesar Rp70,2 triliun, memang tercatat turun 6 persen dari Rp74,5 triliun. Income dari investasi pun anjlok dari Rp5,4 triliun pada 2019 menjadi minus sekitar Rp400 miliar pada 2020 akibat anjloknya pasar modal di kala pandemi.
Namun demikian, Oliver mengungkap masih ada dua produk unit-linked yang mencatatkan kinerja positif, yaitu PRULink Syariah Rupiah Asia Pacific Equity Fund dan PRULink Rupiah Fixed Income Fund.
PRULink Syariah Rupiah Asia Pacific Equity Fund yang memiliki dana kelolaan Rp707 miliar, masih punya kinerja tumbuh 23,63 persen satu tahun, 6,05 persen per tahun selama tiga tahun, dan 9,56 persen per tahun semenjak berdiri.
Adapun, PRULink Rupiah Fixed Income Fund memiliki dana kelolaan Rp1,29 triliun, masih punya kinerja tumbuh 12,22 persen satu tahun, 6,97 persen per tahun selama tiga tahun, dan 9,73 persen per tahun sejak berdiri.