Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peningkatan Kapasitas Asuransi Migas Dinilai Mampu Bendung Aliran Modal ke Luar Negeri

Di industri asuransi umum, tercatat hanya 14 perusahaan asuransi yang menyediakan proteksi asuransi migas, dari total 77 perusahaan.
Karyawan melintasi logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Operasional bisnis asuransi minyak dan gas atau migas masih bergantung kepada dukungan reasuransi luar negeri, seiring terbatasnya kapasitas perusahaan-perusahaan dalam negeri. Peningkatan kapasitas dalam negeri dinilai mampu mendongkrak daya saing bisnis sekaligus menekan aliran modal ke luar negeri.

Wakil Ketua Bidang Pemasaran Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Diwe Novara menjelaskan bahwa kegiatan hulu migas merupakan bisnis yang menggunakan teknologi tinggi, berisiko tinggi, dan investasi sangat besar. Hal itu pun membuat kebutuhan penutupan asuransinya sangat besar.

Di industri asuransi umum, tercatat hanya 14 perusahaan asuransi yang menyediakan proteksi asuransi migas, dari total 77 perusahaan. Menurut Diwe, hal tersebut berkaitan dengan kapasitas perusahaan dalam memproteksi risiko sebesar bisnis migas, selain faktor orientasi dan strategi bisnis masing-masing perusahaan.

"Kurangnya ekuitas, kurangnya tenaga ahli [terkait migas di industri asuransi umum] membuat penutupan asuransi migas bergantung kepada reasuransi luar negeri. Ekuitas yang dimiliki asuransi nasional tidak bisa digunakan 100 persen untuk penutupan asuransi migas," ujar Diwe dalam gelaran webinar Peran Asuransi dalam Menunjang Kegiatan Hulu Migas, Rabu (14/7/2021).

Dia menjabarkan bahwa industri asuransi umum hanya dapat mengerahkan 10 persen ekuitasnya untuk melakukan penutupan asuransi migas. Saat ini, ekuitas maksimal yang bisa dikerahkan industri asuransi umum berkisar US$4 miliar.

Menurut Diwe, nilai aset hulu migas di Indonesia per 2021 mencapaiUS$38 miliar. Ekuitas asuransi umum pun baru mencakup sekitar 10 persen dari total aset yang harus diproteksi, sehingga kebutuhan dukungan reasuransi luar negeri masih begitu besar.

"Dibandingkan itu maksimal hanya 10 persen [ekuitas yang dapat digunakan untuk asuransi migas], 90 persennya menggunakan kapasitas reasuransi luar negeri. Oleh karena itu sampai saat ini reasuransi luar negeri yang menentukan besaran premi serta term and rate condition asuransi migas," ujarnya.

Berdasarkan Laporan Neraca Pembayaran Indonesia dari Bank Indonesia (BI), industri jasa asuransi dan dana pensiun masih mencatatkan defisit. Pada kuartal I/2021, defisit tercatat sebesar US$252 juta, karena ekspor jasa asuransi dan dana pensiun senilai US$30 juta masih berhadapan dengan impor US$282 juta.

Catatan awal tahun ini meningkat dibandingkan dengan posisi kuartal I/2020 dengan defisit sebesar US$213 juta. Saat itu, terdapat ekspor jasa asuransi dan dana pensiun senilai US$23 juta dan impornya senilai US$236 juta.

Impor neraca pembayaran industri jasa asuransi dan dana pensiun di antaranya berasal dari pembayaran reasuransi kepada perusahaan luar negeri. Selain di lini bisnis asuransi energi, penggunaan reasuransi luar negeri memang banyak digunakan sebagai upaya penyebaran risiko setelah digunakannya reasuransi dalam negeri.

"Otoritas Jasa Keuangan [OJK] pun mendorong setiap tahun industri [asuransi umum] untuk meningkatkan kapasitasnya, dengan semangat merah putih untuk mencegah aliran modal ke luar negeri. Utilisasi perlu ditingkatkan demi pendapatan yang lebih besar di dalam negeri," ujar Diwe.

AAUI mencatat bahwa pada kuartal I/2021, premi reasuransi dari lini bisnis energi mencapai Rp303,36 miliar. Jumlah itu mencakup 5,46 persen dari perolehan premi industri reasuransi per kuartal I/2021senilai Rp5,54 triliun.

"Pertumbuhan ekuitas juga ke depan diharapkan mengurangi ketergantungan pada reasuransi di luar negeri," ujar Diwe.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper