Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Jago Tbk. (ARTO) membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp46,78 miliar pada semester I/2021.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2021 yang dipublikasikan hari ini (26/7/2021), rugi yang dialami perseroan menyusut dari kerugian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp50,91 miliar.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan hingga akhir Juni 2021, Bank Jago telah menyalurkan kredit Rp2,17 triliun atau tumbuh 695 persen yoy. Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga 289 persen yoy.
Dengan beban bunga yang hanya meningkat 46 persen, perseroan mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423 persen menjadi Rp139 miliar.
Hal ini berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289 persen pada semester I/2020 menjadi 129 persen pada semester I/2021. Kondisi ini turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1 persen menjadi 5 persen pada kurun yang sama.
Sebagai bank teknologi yang tengah berkembang, perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi IT, pengembangan aplikasi dan rekruitmen talenta baru. Hal ini membuat biaya operasional (operating expense) meningkat 135 persen menjadi Rp183 miliar.
Kenaikan biaya operasional ini berdampak ke perolehan laba periode semester I/2021 yang masih membukukan rugi bersih Rp47 miliar.
"Jadi, kinerja kami belum positif karena faktor investasi. Kami menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan masih sejalan dengan perencanaan awal. Investasi ini tentu akan bisa dinikmati hasilnya di masa mendatang," kata Kharim dalam keterangan resminya, Senin (26/7/2021).
Kharim menjelaskan, jika dihitung secara kuartalan, kinerja Bank Jago sejatinya semakin membaik. Pada kuartal I/2021, Jago membukukan kerugian Rp38 miliar. Dengan kenaikan kredit dan penempatan dana lebih dari hasil rights issue di instrumen produktif lainnya, kerugian dapat diperkecil menjadi Rp9 miliar pada kuartal II/2021.
"Data tersebut menunjukkan bahwa kinerja bank ini terus membaik dan semakin solid," kata Kharim.
Dari sisi aset, terdapat kenaikan yang signifikan sebesar 491 persen dari Rp1,7 triliun menjadi Rp10 triliun. Adapun ekuitas meningkat 538 persen dari Rp1,3 triliun menjadi Rp8,1 triliun.
Dari sisi perolehan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan 326 persen menjadi Rp1,73 triliun yang mencerminkan tingginya kepercayaan publik terhadap bisnis model Bank Jago.
“Berbagai indikator keuangan menunjukkan Jago memiliki fundamental yang sangat kuat dan mampu menopang target untuk tumbuh secara berkelanjutan,” tutup Kharim.