Bisnis.com, KUALA LUMPUR - CIMB Group menyampaikan kontribusi bisnis di Indonesia terhadap kinerja grup keuangan asal Malaysia ini.
Sebagai informasi, CIMB Group merupakan pemegang saham pengendali PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) dengan porsi sebesar 91,44% per akhir 2024 melalui CIMB Group Sdn Bhd. CIMB Group Holding Berhad merupakan pemegang saham 100% saham CIMB Group Sdn Bhd.
CEO CIMB Group Holdings Bhd. Novan Amirudin menyampaikan Indonesia merupakan salah satu pilar utama CIMB Group dengan kontribusi bisnis sekitar 25%. Saat ini, CIMB Niaga juga menjadi bank terbesar kelima di Indonesia.
“Salah satu potensi pengembangan pasar Indonesia yang menarik ialah perbankan syariah,” ujarnya dalam acara CIMB Group Media Day 2025 Advancing in ASEAN, Senin (21/7/2025).
Melansir dari laporan keuangannya, CIMB Group Holdings Berhad sepanjang tahun lalu membukukan laba senilai 7,9 miliar ringgit Malaysia atau setara sekitar Rp29,7 triliun.
Aset perusahaan pun tercatat sebesar 755,13 ringgit Malaysia atau setara dengan Rp2.843,13 triliun pada tahun lalu. Sebelumnya, aset CIMB Group berada pada level 733,57 miliar pada tahun sebelumnya.
Baca Juga
Dari sisi pendanaan, CIMB Group Holdings Berhad juga menghimpun dana pihak ketiga (DPK) yang tecermin dari deposits from customer sebesar 471,95 miliar ringgit Malaysia atau Rp1.776,93 pada 2024. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan capaian 463,44 miliar ringgit Malaysia pada 2023.
Penyaluran kredit yang tecermin dalam aspek loans, advances, and financing tercatat sebesar 442,16 miliar ringgit Malaysia atau Rp1.664,77 triliun pada 2024, naik dibanding 429,45 miliar ringgit Malaysia pada 2023.
Pada periode yang sama, BNGA membukukan laba bersih tahun berjalan konsolidasi senilai Rp6,9 triliun sepanjang 2024. Raihan laba ini tumbuh 5,30% secara tahunan dibandingkan dengan Rp6,55 triliun pada 2023. Sementara, laba sebelum pajak konsolidasi BNGA mencapai Rp8,73 triliun, tumbuh 4,43% YoY dari Rp8,35 triliun pada 2023.
CIMB Group pun berencana memperkuat ekspansi bisnis perbankan syariah di Indonesia dan membuka peluang untuk melakukan akuisisi ke depannya.
Menurut Novan, penetrasi perbankan syariah saat ini di Indonesia baru sekitar 8% meskipun menjadi negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Jika dibandingkan dengan Malaysia, cakupan perbankan syariah telah mencapai 50%.
Banyak produk dan inovasi yang dilakukan CIMB Group dalam memperkuat bisnis perbankan syariah di Malaysia. Pengalaman tersebut dapat dibawa ke Indonesia untuk meningkatkan penetrasi perbankan syariah, yang tentunya disesuaikan dengan budaya hingga kebutuhan konsumen setempat.
“Ada banyak pelajaran yang telah kami dapatkan dari pengalaman di Malaysia, dan kami ingin memadukan itu dengan nuansa lokal dalam menjalankan bisnis di Indonesia, dari segi sudut pandang, budaya, hingga kebutuhan yang berbeda,” ujarnya.
Novan Amirudin menyampaikan CIMB Group melalui BNGA sedang dalam proses memisahkan (spin-off) unit bisnis syariah. Entitas bisnis tersebut akan menjadi bank syariah terbesar kedua di Indonesia, setelah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
Menurutnya pertumbuhan BSI yang berasal dari penggabungan unit usaha syariah (UUS) tiga bank BUMN terbilang positif. Potensi yang cukup besar ini bisa dimanfaatkan bisnis syariah CIMB Niaga.
Untuk pengembangan pasar di Indonesia, CIMB juga membuka peluang ekspansi anorganik, dalam hal ini merger dan akuisisi jika semua faktor mendukung. Novan menyampaikan faktor-faktor tersebut mencakup harga yang tepat, syarat yang baik, dan hasil yang saling menguntungkan.
“Jadi, kami selalu terbuka untuk mempertimbangkan opsi-opsi [merger dan akuisisi] tersebut. Namun, hal itu tidak akan mengalihkan fokus utama kami, yaitu ekspansi organik,” imbuhnya.