Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IFSoc: Fenomena Neobank di Indonesia Percepat Inklusi keuangan

Fenomena neobank di Indonesia merupakan terobosan baru di industri perbankan, sehingga mempercepat inklusi keuangan.
Transaksi digital/istimewa
Transaksi digital/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia Fintech Society (IFSoc) menyebutkan bahwa fenomena neobank di Indonesia merupakan terobosan baru di industri perbankan, di mana terobosan ini dapat membantu untuk mempercepat inklusi keuangan.

Anggota Steering Committee IFSoc Rudiantara mengatakan, banyak perbankan yang dimulai secara tradisional atau konvensional kini sudah mulai beranjak dan memasuki ranah teknologi. Artinya, bank-bank sudah mulai bergerak dan menerapkan konsep teknologi.

Kendati demikian, Rudi melihat bahwa kini juga terdapat model baru, yakni berupa platform yang berangkat dari teknologi atau fintech dan mulai memasuki ranah perbankan.

“Ini banyak fenomena yang terjadi karena, misalkan, platform-platform fintech masuk ke perbankan, sebetulnya kerja sama yang bagus antara sistem perbankan ataupun ekosistem perbankan dengan ekosistem teknologi,” ujar Rudi dalam acara virtual press briefing bertajuk Catatan Indonesia Fintech Society 2021, Kamis (9/12/2021).

Menurut Rudi, ekosistem perbankan memiliki kekuatan yang berpijak pada komposisi dana murah (current account saving account/CASA). Di mana, perbankan memiliki pendanaan yang kuat dan relatif lebih murah. Sedangkan dari sisi teknologi, fintech memiliki kemampuan menyalurkan dan membangun kanal distribusi dengan cara yang lebih efisien serta memiliki cara yang lebih murah.

Dengan adanya tren seperti ini, maka tak dapat dipungkiri berimbas terhadap perbankan konvensional atau tradisional yang memangkas dan mengurangi kantor cabang.

Berdasarkan data OJK per Agustus 2021, jumlah kantor bank umum sebanyak 29.683 atau turun sebanyak 6,5 persen. Di mana, pada 2018 jumlah kantor bank umum memiliki sebanyak 31.604 kantor.

“Jadi sudah cukup menurun drastis kantor cabang bank di Indonesia yang digantikan oleh teknologi sebagai kanal distribusi yang baru,” jelasnya.

Tak hanya itu, Rudi menilai tren akuisisi bank kecil oleh perusahaan teknologi dan transformasi digital bank konvensional masih tetap akan berlangsung. Hal ini dilakukan sebagai langkah transformasi bisnis untuk menjadi neobank.

Khususnya, tren seperti ini dilakukan oleh para pemain baru digital yang merambah ke perbankan. Hal ini sebagaimana mengacu pada POJK No.12/2021 tentang Bank Umum yang menyebutkan bahwa salah satu syarat untuk mendirikan bank baru di Indonesia harus memiliki modal sebesar Rp10 triliun.

Adapun aksi akuisisi yang dilakukan oleh sejumlah bank untuk bertransformasi menjadi neobank, yakni mulai dari BCA yang mengakuisisi Bank Royal menjadi BCA Digital. Kemudian, SEA dengan Bank BKE menjadi Bank Seabank.

Selanjutnya, EMTEK dengan Bank FAMA, Kredivo dengan Bank Bisnis Indonesia, WeLab dengan Bank Jasa Jakarta, dan Ajaib dengan Bank Bumi Arta dan Primasia Sekuritas.

“Sedangkan, kalau mengakuisisi bank yang buku kecil, maka itu dianggap ongkosnya lebih murah. Tren ini sekali lagi saya akan sampaikan masih tetap akan berjalan tahun depan karena ada beberapa juga yang mereka sudah menandatangani semacam conditional share purchase agreement [CSPA],” ujarnya.

Jika melihat keberadaan neobank di negara lain, KakaoBank di Korea Selatan dan MyBank (ANT Group) di China, misalnya, keberhasilan mereka tidak terlepas dari dukungan fintech dan e-commerce yang membentuk ekosistem yang terintegrasi, salah satunya dengan pemanfaatan Open API.

Menurut IFSoc, terobosan baru di industri perbankan seperti ini merupakan suatu hal yang bagus dan pihaknya terus mendorong agar terjadi di Indonesia.

Rudi menuturkan, langkah seperti ini akan mengikuti arsitektur perbankan nasional di masa mendatang, yang mana tidak dihindari karena dari sisi kebijakan dan regulasi yang memang diarahkan menuju ke sana.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper