Bisnis.com, JAKARTA - Setelah mencatatkan rugi bersih Rp299,9 miliar pada era pandemi alias periode 2020, perusahaan pembiayaan PT Mandiri Tunas Finance kembali mencetak laba Rp245,88 miliar pada 2021.
Direktur Sales & Distribusi MTF William Francis menjelaskan kinerja ini terbilang melampaui target laba yang tadinya dipatok menyentuh Rp225 miliar. Tetapi, capaian ini jelas belum seoptimal laba bersih sebelum pandemi MTF yang mencapai kisaran Rp445 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan MTF, kontribusi pencetak laba paling signifikan berasal dari tumbuhnya pendapatan 26,3 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp3,18 triliun dari sebelumnya Rp2,51 triliun.
Pasalnya, total beban terbilang stagnan di Rp2,8 triliun. Terutama karena MTF masih mempertahankan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) tinggi di semua lini pembiayaannya.
"Periode 2021 walaupun NPF [non-performing financing] kami 0,95 persen, menambahkan amount pencadangan atau CKPN merupakan pertimbangan kami melihat pandemi Covid-19 masih ada. Ini juga menyelaraskan dengan arahan holding Grup Mandiri," jelas William kepada Bisnis, Kamis (17/2/2022).
Total pendapatan tumbuh utamanya karena pembiayaan konsumen mengambil porsi kenaikan dari Rp1,63 triliun pada 2020 menjadi Rp2,08 triliun atau tumbuh 27 persen (yoy). Lainnya yang turut menyumbang kenaikan walaupun tipis, yaitu sewa pembiayaan dan pendapatan lain-lain.
Sementara itu, aset multifinance terafiliasi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk alias BMRI dan emiten otomotif PT Tunas Ridean Tbk (TURI) ini berhasil tumbuh tipis ke Rp18,71 triliun dari sebelumnya Rp18,62 triliun.
Piutang pembiayaan konsumen bersih sebagai komponen bernilai paling jumbo masih terkoreksi 6,6 persen (yoy) ke Rp12,88 triliun. Namun, diimbangi piutang sewa pembiayaan bersih yang naik 33,4 persen (yoy) ke Rp4,65 triliun dari sebelumnya Rp3,48 triliun.
Sebagai informasi, penyaluran pembiayaan baru (booking) MTF sepanjang tahun lalu mencapai Rp20,5 triliun, naik 22 persen (yoy) dari hanya Rp16,74 triliun di era pandemi Covid-19. Tahun ini, MTF tengah mencoba menyentuh target booking Rp24 triliun.
Adapun, MTF selalu mematok 80 persen dari total penyaluran untuk pembiayaan mobil baru, dan sisa 20 persen untuk segmen korporasi, seperti kredit alat berat, mesin, dan mobil operasional usaha.