Bisnis.com, JAKARTA – Laju penghimpunan dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) perbankan, yang didalamnya mencakup giro, tabungan dan deposito, mulai melambat pada kuartal II/2022 dan diperkirakan akan terus berlanjut.
Laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2022 menyebutkan bahwa DPK masih tumbuh 9,13 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Namun, raihan itu mengalami perlambatan jika dibandingkan Mei 2022 yang naik 9,93 persen.
Terkait kondisi tersebut, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menyarankan agar perbankan meracik strategi promosi bunga yang tepat untuk dapat menarik dana dari masyarakat.
“Bank harus menyusun strategi promosi yang cukup baik atau kemasan bundling yang cukup menarik, sehingga akan menambah atau meningkatkan jumlah DPK dari masing-masing bank,” ujar Amin kepada Bisnis, Jumat (5/8/2022).
Amin sebelumnya menyatakan bahwa laju kredit yang sudah melampaui pertumbuhan DPK, dapat memengaruhi likuiditas bank dalam menyalurkan pembiayaan ke depan. Sebagai catatan, kredit perbankan per Juni 2022 tumbuh 10,66 persen yoy.
Dengan kondisi tersebut, kata Amin, bank harus mulai menarik dana masyarakat dengan berbagai strategi, seperti menaikkan bunga simpanan maupun dengan promo menarik lainnya.
Menurutnya, cara tersebut sudah jauh hair ditempuh oleh beberapa bank, terutama bank digital yang menawarkan bunga simpanan lebih menarik dibandingkan dengan rata-rata bunga berjangka yang berlaku saat ini.
“Terutama untuk bank-bank digital karena mereka harus melakukan upaya menarik perhatian, selain dengan promosi bakar-bakar uang. Mereka juga pasti akan menempatkan posisi bunga di atas rata-rata supaya tetap bisa kompetitif dalam menarik nasabah,” ujar Amin.
Selain itu, Amin menegaskan melambatnya laju DPK dapat dipengaruhi oleh keputusan bank sentral yang masih menahan bunga acuan. Dengan demikian, pemilik dana melihat simpanan di bank cenderung belum semenarik instrumen investasi lain.
Dalam beberapa waktu terakhir, Amin menuturkan bank memilih untuk memperkuat struktur dana murah atau current account saving account (CASA). Cara itu dilakukan untuk menjaga selisih bunga bersih atau net interest margin (NIM) dengan tujuan menjaga keuntungan.