Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aset Bersih Dana Jaminan Sosial Dikelola BPJS Kesehatan Tembus Rp56,51 Triliun

Aset bersih Dana Jaminan Sosial (DJS) yang dikelola BPJS Kesehatan mencapai Rp56,5 triliun pada 2022, tumbuh dari Rp38,76 triliun pada tahun sebelumnya.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti./Bisnis -Rika Anggraeni.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti./Bisnis -Rika Anggraeni.

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mencatatkan surplus aset neto alias aset bersih pada Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan senilai Rp56,51 triliun sepanjang 2022.

Perolehan aset bersih itu meningkat 45,79 persen dari posisi 31 Desember 2021 yang hanya mengantongi Rp38,76 triliun. Posisi itu membaik dibandingkan periode akhir Desember 2020.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menuturkan bahwa jika dibandingkan dengan periode 2020, aset neto DJS Kesehatan masih mencatatkan nilai defisit atau negatif Rp5,69 triliun.

“Apakah BPJS Kesehatan sehat sekarang? Sekarang sehat, bugar, karena kondisi keuangan DJS per 31 Desember 2022 sesuai dengan ketentuan yaitu mencukupi 5,98 bulan estimasi pembayaran klaim ke depan,” kata Ghufron dalam paparan kinerja BPJS Kesehatan tahun 2022 di Jakarta, Selasa (18/7/2023).

Merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2018 Pasal 37 ayat (1), kesehatan keuangan aset BPJS diukur berdasarkan aset bersih DJS dengan ketentuan paling sedikit harus mencukupi estimasi pembayaran klaim untuk 1,5 bulan ke depan, serta paling banyak sebesar estimasi pembayaran untuk enam bulan ke depan.

“Sebelum 2021 itu selalu nggak sampai 1,5 bulan [pembayaran klaim], bahkan defisit,” sambungnya.

Lantas, apakah aset bersih DJS Kesehatan akan terus meningkat?

Ghufron mengungkapkan bahwa aset bersih DJS Kesehatan diproyeksi bisa tergerus lantaran tarif ke rumah sakit yang meningkat dan berimbas pada peningkatan biaya, termasuk klaim.

“Jadi tidak benar kalau nanti aset neto [DJS Kesehatan] akan naik terus, tidak benar. Pasti ada berkurang,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ghufron menyebut bahwa BPJS memiliki regulasi yang ketat dalam hal penempatan investasi. Pasalnya, BPJS tidak menekankan pada sisi hasil investasi, melainkan ke sisi keamanan, likuiditas, hingga ekuitas.

Adapun, instrumen investasi utama yang ditempatkan BPJS Kesehatan adalah dalam bentuk deposito hingga surat berharga negara (SBN).

Sementara mengacu kepada laporan keuangan perusahaan, sepanjang 2022 BPJS Kesehatan sebagai pengelola DJS Kesehatan mengumpulkan iuran peserta baik dari penerima bantuan (PBI), pekerja penerima upah, maupun pekerja bukan penerima upah sebesar Rp144,04 triliun. 

Besaran iuran yang dikumpulkan itu lebih tinggi dibandingkan periode 2021 sebesar Rp143,31 triliun. 

BPJS Kesehatan kemudian mengembangkan dana ini dan menghasilkan keuntungan investasi. Tercatat pendapatan investasi dana DJS Kesehatan menghasilkan penambahan pendapatan sebesar Rp2,88 triliun. Naik sekitar 100 persen dibandingkan dengan periode 2021 sebesar Rp1,42 triliun. 

DJS Kesehatan juga mengalami peningkatan pada Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (Silpa) Kapitasi. Terdapat dana sebesar Rp377,98 miliar masuk melalui pos ini. Lainnya juga ada pendapatan lain sebesar Rp554,88 miliar. Lebih tinggi dibandingkan sebelumnya sebesar Rp480 miliar. 

Sementara itu, pendapatan kontribusi pajak rokok yang sempat mencapai Rp1,08 triliun pada 2021 mengalami penurunan drastis menjadi Rp269,7 miliar pada tahun lalu. 

Dengan raihan ini, BPJS Kesehatan mencatatkan pendapatan Rp148,13 triliun sepanjang 2022 lalu. Sedangkan beban yang ditanggung mencapai Rp130,38 triliun. Beban ini naik tajam dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar Rp102,13 triliun. 

Kenaikan beban ini disebabkan melonjaknya biaya jaminan kesehatan dari Rp90,33 triliun menjadi Rp113,47 triliun. 

Selanjutnya terjadi kenaikan cadangan teknis dari Rp4,41 triliun menjadi Rp11,44 triliun. 

Seiring surplus pengelolaan oleh BPJS Kesehatan, aset DJS Kesehatan melonjak 43,73 persen pada 2022. Atau dengan kata lain naik dari Rp68,71 triliun menjadi Rp98,76 triliun

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper