Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank seperti PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) milik taipan Dato Sri Tahir dan PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo gencar menggelar right issue tahun ini. Bagaimana prospek saham emiten bank tersebut?
Bank Mayapada akan menggelar penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau right issue pada tahun ini. Jumlah yang akan dilepas yakni 27 miliar lembar saham. Berdasarkan keterbukaan informasi, rencana right issue itu akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan (RUPSLB) pada Oktober 2023 nanti.
Sementara Bank MNC berencana menggelar right issue sebanyak 13,5 miliar lembar saham. Mengacu keterbukaan informasi, right issue itu akan dilaksanakan segera setelah diperolehnya persetujuan dari RUPSLB pada 19 Oktober 2023.
Bank-bank lainnya pun berencana right issue dan telah memperoleh izin berdasarkan RUPSLB. PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) misalnya telah mendapatkan lampu hijau dari pemegang saham melalui RUPSLB yang digelar pada 8 Agustus 2023 lalu untuk menggelar right issue.
Dalam RUPSLB tersebut, disetujui oleh pemegang saham bahwa BBYB akan melakukan penambahan modal dengan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 5 miliar lembar saham baru melalui skema right issue. Pelaksanaan right issue kemudian akan mengikuti ketentuan ketentuan yang berlaku.
PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC) yang juga berencana melakukan right issue telah menetapkan periode perdagangan pada 5 Oktober 2023 hingga 11 Oktober 2023. BCIC akan menjalankan right issue sebanyak-banyaknya 4,67 miliar saham seri C atau 25,8 persen dari modal disetor. Harga pelaksanaan right issue dipatok Rp300.
Baca Juga
Selain itu, PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS) siap menggelar right issue sebanyak 9,48 miliar lembar dengan tanggal efektif pada 20 Oktober 2023.
Sebelumnya, Head of Research Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima mengatakan minat right issue, termasuk dari emiten perbankan saat ini cukup tinggi karena perekonomian Indonesia dinilai telah memasuki pemulihan setelah Covid-19. Perseroan pun mencoba memilih opsi right issue untuk menggalang dana demi menangkap momen pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Bagaimana Prospek Sahamnya?
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan di tengah aksi right issue, prospek saham industri perbankan memang masih cukup positif. Namun, bagi bank terutama skala menengah dan kecil yang akan menjalankan right issue itu, terdapat berbagai tantangan, sehingga prospek sahamnya tidak begitu berkilau.
"Tantangannya adalah biaya dana [cost of fund/CoF] yang masih tinggi setidaknya sampai awal tahun depan, di mana itu akan menekan margin bunga bersih bank dan profitabilitas, terutama bank-bank dengan skala menengah ke kecil," ujar Fajar kepada Bisnis pada Rabu (13/9/2023).
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mengatakan right issue bank-bank kecil itu ditujukan untuk menambah permodalan. Namun, investor melihat saham-saham bank-bank kecil itu kurang menarik.
Fundamental bank-bank itu juga dinilai kurang baik. BMAS misalnya masih overvalued dibandingkan rata-rata emiten perbankan mengacu pada rasio price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV).
Selain itu, menurutnya saham tersebut kurang liquid dengan volume transaksi yang sangat rendah dibandingkan rata-rata emiten perbankan.
"Jadi menurut saya pada saat ini dengan kondisi emiten perbankan itu, prospek right issue mereka kurang menarik," katanya.
Berdasarkan data dari RTI Business, harga saham bank-bank yang akan menjalankan right issue itu juga rata-rata berkinerja jeblok. Harga saham MAYA misalnya terparkir di level Rp482 pada pembukaan perdagangan Rabu (13/9/2023), turun 6,54 persen sepanjang tahun berjalan atau secara year to date (ytd).
Harga saham BABP juga turun 18,81 persen ytd. Pada pembukaan perdagangan hari ini, harga saham BABP ada di level Rp82.
BCIC mencatatkan penurunan harga saham 14,37 persen ytd dan terparkir di level Rp153 pada pembukaan perdagangan hari ini. Saham BBYB bahkan merosot 51,32 persen ytd dan terparkir di level Rp320 pada pembukaan perdagangan Rabu (13/9/2023).
Hanya saham BMAS yang moncer. Bank Maspion mencatatkan peningkatan harga saham 10,55 persen ytd dan dibuka Rp1.205 pada perdagangan hari ini.