Bisnis.com, JAKARTA -- PT Zurich Topas Life mengandalkan produk tradisional asuransi kesehatan untuk mengerek pendapatan ke depan. Hal ini merespons turunnya kinerja dari produk unit linked atau PAYDI.
Presiden Direktur Zurich Life, Richard Ferryanto mengatakan produk PAYDI di asuransi jiwa sebenarnya masih menjadi kebutuhan.
"Akan tetapi memang segmennya harus lebih tepat. Ketika menjual unit linked ini sasarannya adalah segmen nasabah yang punya profil risiko yang sesuai," kata Richard saat ditemui di kantornya, pekan lalu (13/11/2024).
Selain segmennya yang lebih mengerucut, Richard menilai produk PAYDI pada dasarnya tidak sesederhana produk asuransi tradisional yang lebih mudah dimengerti masyarakat.
Selain itu, Richard juga menyoroti bagaimana regulasi yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga berdampak pada pasar PAYDI sejak dua tahun lalu. Pada 2022, OJK menerbitkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor 5 Tahun 2022 tentang Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI).
Pokok-pokok pengaturan yang tertuang dalam SEOJK tersebut antara lain mewajibkan perusahaan yang memasarkan PAYDI harus memiliki aktuaris, tenaga pengelola investasi, sistem informasi yang memadai untuk mendukung kegiatan pengelolaan PAYDI dan sumber daya yang mampu mendukung pengelolaan PAYDI.
Baca Juga
Selain itu, perusahaan yang baru pertama kali memasarkan PAYDI harus memenuhi ketentuan modal sendiri yakni sebesar Rp250 miliar bagi perusahaan asuransi konvensional dan Rp150 miliar bagi perusahaan asuransi syariah.
Dengan semua faktor yang dia sebutkan, Richard mengatakan Zurich Life akan mengikuti tren pasar yang berkembang. Menurutnya, ke depan produk asuransi tradisional akan tetap menjadi andalan.
"Terkait apa saja rencana kita ke depan, inovasi kita di produk tidak berhenti. Untuk segmen individu, segmen tradisional dan produk kesehatan rasanya masih akan jadi ujung tombak," pungkasnya.
Dilihat dari laporan keuangan per September 2024, Zurich Life mencatatkan pendapatan premi tumbuh dari Rp559,33 miliar menjadi Rp571,68 miliar. Perusahaan juga mencatatkan peningkatan investasi menjadi Rp90,17 miliar dari Rp62,1 miliar. Akan tetapi saat yang sama, perusahaan mengalami kenaikan klaim dan manfaat dibayar hingga kenaikan cadangan premi. Dua pos ini naik dari Rp95,19 miliar menjadi Rp119,87 miliar. Serta lonjakan cadangan dari Rp188,11 miliar menjadi Rp217,33 miliar.
Alhasil perusahaan mengalami rugi -Rp59,58 miliar. Jumlah ini sedikit membaik dari kondisi rugi tahun sebelumnya sebesar -Rp73,7 miliar.
Secara data industri, pendapatan premi industri asuransi jiwa dari lini usaha PAYDI per September 2024 mengalami kontraksi sebesar Rp6,75 triliun atau turun 15,36% yoy. Pada periode ini, tercatat pendapatan premi PAYDI sebesar Rp37,21 triliun, atau 27,43% dari total premi industri asuransi jiwa yang mencapai Rp135,64 triliun.
Di sisi lain, lini usaha asuransi tradisional untuk produk endowment atau dwiguna pada periode ini mencatat kenaikan sebesar Rp4,68 triliun atau naik 12,66% yoy menjadi sebesar Rp41,66 triliun. Jumlah ini mendominasi pendapatan premi industri asuransi jiwa dengan presentase 30,72%, menyalip produk PAYDI yang sebelumnya di urutan pertama.
Produk asuransi tradisional lainnya, asuransi kesehatan per September 2024 mencatatkan pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar Rp5,33 triliun atau naik 33,79% yoy.