Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposito dan suku bunga kredit, ketika menahan suku bunga acuan alias BI Rate di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 19—20 November 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan likuiditas perbankan yang memadai sejalan dengan implementasi bauran kebijakan Bank Indonesia, termasuk Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
"Suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Oktober 2024 tercatat masing-masing sebesar 4,73% dan 9,17%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan level bulan sebelumnya," ujarnya dalam konferensi pers RDG Bulanan, Rabu (20/11/2024).
Menurutnya, likuiditas yang memadai serta efisiensi perbankan dalam pembentukan harga yang semakin baik antara lain didorong dengan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK), berdampak positif pada suku bunga perbankan yang tetap terjaga.
Berdasarkan catatan Bisnis, suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada bulan lalu, yaitu September 2024 tercatat masing-masing sebesar 4,75% dan 9,2%.
Meski demikian, suku bunga deposito Oktober 2024 jangka waktu 1 bulan secara tahunan ini masih lebih tinggi, dibandingkan suku bunga periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Oktober 2023 yang mencapai 4,40%. Sementara itu, suku bunga kredit pada Oktober 2023 berada di level 9,37%.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, BI menyebutkan dalam pengumuman suku bunga BI hari ini, bank sentral juga menetapkan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75%.
Perry mengatakan keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di Amerika Serikat," ujar Perry.
Ke depan, BI akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang, dalam mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan lebih lanjut.