Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memastikan ketahanan sistem keuangan termasuk pada industri perbankan dalam kondisi baik. Kondisi ini juga menjadi pertimbangan Dewan Gubernut Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan.
Sebagaimana diketahui, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan alias BI Rate di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 19—20 November 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan likuiditas perbankan tetap memadai, tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada Oktober 2024 yang tinggi sebesar 25,58%.
“Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada September 2024 tercatat sebesar 26,78%, tergolong kuat dalam menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit,” ujarnya dalam konferensi pers RDG Bulanan, Rabu (20/11/2024).
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan pada September 2024 terjaga rendah, sebesar 2,21% (bruto) dan 0,78% (neto).
Baca Juga
Lebih lanjut, kata Perry, ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan juga didukung oleh pencapaian profitabilitas bank, serta ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga, sebagaimana hasil stress test perbankan terkini.
Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Pada saat yang sama, Bank Indonesia juga melaporkan bahwa pertumbuhan kredit pada Oktober 2024 tetap kuat, yakni mencapai 10,92% YoY.
Adapun, dari sisi penawaran, kuatnya pertumbuhan kredit didukung oleh terjaganya minat penyaluran kredit, berlanjutnya realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan pertumbuhan Dana PIhak Ketiga (DPK) serta positifnya dampak insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.
“Hingga akhir Oktober 2024, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp259 triliun kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp120,9 triliun, bank BUSN sebesar Rp110,9 triliun, BPD sebesar Rp24,7 riliun, dan KCBA sebesar Rp2,6 triliun,” ujarnya dalam Konferensi Pers RDG di Jakarta, Rabu(20/11/2024).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja usaha korporasi yang terjaga sejalan dengan perkiraan pertumbuhan yang baik.
Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada mayoritas sektor ekonomi tercatat tetap kuat, terutama pada sektor Jasa Dunia Usaha, Perdagangan, hingga Industri.