Bisnis.com, JAKARTA — Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada semester I/2024 terdapat 150 perusahaan pialang asuransi yang beroperasi di Indonesia. Nasib pekerja di industri tersebut akan dipertanyakan mengingat OJK dalam peta jalannya mendorong kanal distribusi e-commerce akan menggeser dominasi broker atau pialang pada 2027.
Merespons hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo) Yulius Bhayangkara optimistis bahwa badai pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak akan terjadi, asalkan perusahaan pialang asuransi tetap menjalankan tiga peran mereka.
"PHK besar-besaran tidak akan terjadi bila seluruh pialang membangun kapabilitas untuk melakukan peran-peran lain selain keperantaan," kata Yulius kepada Bisnis, Jumat (22/11/2024).
Tiga peran pialang asuransi yang dimaksud Yulius adalah peran perantara atau distribusi bisis, kemudian peran konsultasi, dan terakhir adalah peran advokasi. Menurutnya, tanpa peran konsultasi dan advokasi perusahaan pialang asuransi akan kesulitan bertahan dengan disrupsi teknologi yang terjadi.
Saat ini peran pialang asuransi masih mendominasi distribusi pencatatan premi di industri asuransi. Sejalan dengan hal itu, Yulius memastikan saat ini tidak ada PHK di industri ini. Justru, yang terjadi industri ini tumbuh semakin kuat.
"PHK besar belum terlihat saat ini, malah kita melihat banyaknya pemodal baru baik asing maupun lokal yang berminat masuk sebagai pialang asuransi," pungkasnya.
Baca Juga
Yulius mengatakan kontribusi pialang asuransi terhadap pencatatan premi asuransi umum rata-rata selalu ada di 35%. Pihaknya bahkan menargetkan kontribusi pialang asuransi bisa didorong hingga 40% pada 2025 nanti.
Sementara itu, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Iwan Pasila menilai perkembangan teknologi digital menjadi sesuatu yang pasti terjadi dan tidak bisa ditahan. Untuk itu, satu-satunya opsi yang ada adalah bagaimana model bisnis perusahaan pialang asuransi beradaptasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.
Iwan mengatakan, OJK terus berkoordinasi dengan pemain-pemain pialang asuransi untuk melakukan evaluasi terhadap bisnis modal mereka untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi digital saat ini.
"Kami melihat masih banyak ruang di mana pertanggungan cukup kompleks dan membutuhkan expertise pialang, seperti pada asuransi harta benda untuk gedung atau usaha besar," kata Iwan.
Digitalisasi Jadi Peluang Bisnis Pialang
Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Taim menilai perkembangan teknologi justru membuka peluang baru bagi perusahaan pialang asuransi untuk memberikan pelayanan terbaik dan lengkap kepada perusahaan yang menggunakan jasanya dalam berhubungan dengan asuransi.
Sebagai pihak yang melayani dan bertindak untuk pemegang polis, kata dia, keunggulan teknologi yang digunakan akan menjadi kunci dalam mengembangkan bisnis pialang asuransi.
"Transformasi teknologi harus dilihat sebagai katalisator perkembangan bisnis pialang asuransi. Ini tidak akan serta merta menyebabkan PHK di industri pialang asuransi karena masih dibutuhkan human interference dalam melakukan penilaian risiko. Contoh, masih diperlukannya survei sebelum penutupan, fraud detection analysis, dan lain sebagainya," kata Abitani.
Hingga saat ini kanal e-commerce memang belum menjadi andalan perusahaan asuransi menggaet premi. Misalnya seperti perusahaan asuransi jiwa PT Tokio Marine Life.
Head Marketing Communication & Corporate Branding Department Tokio Marine Life Ferawati Gondokusumo mengatakan pihaknya terus mengevaluasi peluang pemanfaatan di saluran digital seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen.
"Saat ini perusahaan belum memiliki saluran distribusi digital atau e-commerce. Penjualan premi masih didominasi oleh kanal tradisional seperti agen, bancassurance, dan direct marketing," kata Fera.
Perusahaan asuransi jiwa lainnya, PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia juga masih mengandalkan tenaga pemasar dibanding saluran e-commerce.
Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia Karin Zulkarnaen menjelaskan bahwa hingga kuartal III/2024, Prudential Indonesia mencatatkan pendapatan premi sebesar Rp15,5 triliun, tumbuh 4,4% (year on year/YoY).
"Dari berbagai solusi finansial yang kami tawarkan, mayoritas penjualan dilakukan melalui tenaga pemasar. Umpan balik dari nasabah menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih membutuhkan penjelasan produk dari tenaga pemasar, juga calon nasabah yang mempertimbangkan untuk membeli asuransi jiwa masih perlu berkonsultasi mengenai jumlah pertanggungan maupun fitur produk sebelum mengambil keputusan untuk membeli," kata Karin.