Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Direktur PT Bank BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum optimistis angka Non-Performing Financing atau NPF akan terjaga di bawah 2% pada akhir 2024.
Yuli menyampaikan pihaknya terus menjaga angka rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank tersebut pada sisa tahun ini.
“Alhamdulillah kami tetap dapat menjaga NPF sampai akhir tahun dengan nilai yang baik. InsyaAllah enggak sampai 2%,“ ujarnya dalam BCA Syariah Media Workshop 2024 di Bogor, Jumat (22/11/2024).
Pada semester I/2024, BCA Syariah mencatat penyaluran pembiayaan yang efektif dan dijalankan dengan prinsip kehati-hatian tercermin pada kualitas pembiayaan yang terjaga tetap rendah dengan NPF gross tercatat sebesar 1,36% dan net 0,18%.
Teranyar pada kuartal III/2024, BCA Syariah mampu memperkecil rasio pembiayaan bermasalah atau NPF gross dari 1,91% pada September 2023 menjadi 1,37% pada September 2024. NPF nett juga terjaga pada angka 0,09%.
Di samping itu, Yuli tidak memungkiri bahwa NPF saat ini menjadi tantangan karena mengalami tren kenaikan, utamanya untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan konsumer.
Baca Juga
Meski demikian, Yuli tidak menyebutkan angka terkini terkait NPF UMKM maupun konsumer yang naik tersebut.
Yuli menjelaskan bahwa sektor tersebut memang membutuhkan ketahanan yang tinggi, terutama kala menghadapi tantangan daya beli yang turun. Tercermin dari adanya pergeseran jumlah masyarakat kelas menengah ke aspiring middle class atau menuju kelas menengah maupun ke rentan miskin.
Kondisi tersebut menyebabkan tidak sedikit UMKM yang tidak sanggup untuk melanjutkan pembayarannya dan membuat NPF naik.
“Tantangannya luar biasa, apakah terjadi kenaikan NPF? Yes. Di sektor UMKM maupun konsumer mengalami kenaikan tetapi terkendali karena memang prinsip kehati-hatian tetap kami jalankan dengan baik,” tuturnya.
Secara umum, PT Bank BCA Syariah berhasil meraup laba bersih Rp133,41 miliar per September 2024 atau tumbuh 12,2% secara tahunan (year on year/YoY) dari posisi September 2023 yang senilai Rp118,9 miliar.
Anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar 9,8% hingga mencapai Rp552,25 miliar pada bulan kesembilan tahun ini.