Bisnis.com, JAKARTA — BCA Syariah menjelaskan alasan belum menawarkan produk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel dalam waktu dekat. Namun demikian, BCA membeberkan rencana agar bisa menawarkan SBSN kepada nasabah.
Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum mengatakan saat ini perseroan memilih fokus memperluas basis nasabah terlebih dahulu.
“Memang size kami terbatas ya. Number of customer-nya juga masih kurang lebih 600.000-an. Jadi kita itu dulu [fokusnya],” ujar Yuli ketika ditemui di sela-sela Paparan Kinerja BCA Syariah Semester I 2025, Rabu (6/9/2025).
Menurutnya, sebelum masuk ke produk-produk investasi dan wealth management seperti SBN ritel, BCA Syariah ingin memastikan ekosistem nasabah yang dimiliki cukup besar dan siap.
“Customer base-nya dulu dinaikin, khususnya di [mobile banking] Bsya. Nanti kalau customer base udah besar, market-nya udah ada, baru kita variasi produk untuk wealth management, jadi bertahap,” jelasnya.
Dia menegaskan bahwa pihaknya tetap memiliki target ekspansi yang agresif. Salah satu strategi utama adalah mendorong penggunaan aplikasi mobile banking terbaru yakni BSya untuk mempercepat pertumbuhan nasabah. “Kalau Bsya itu udah di masyarakat, number of customer banyak, kita bisa ikutan [masuk ke SBSN ritel],” tambah Yuli.
Baca Juga
Saat ini, jumlah pengguna BSya masih sekitar 40.000. BCA Syariah pun sedang mendorong migrasi nasabah dari aplikasi lama ke BSya secara penuh, dengan target selesai pada Oktober 2025. Yuli menyebut pengelolaan dua aplikasi sekaligus cukup melelahkan, apalagi fitur di aplikasi lama sudah tertinggal.
“Di mobile banking yang lama, misalnya, enggak ada top-up Flazz. Terus kita lihat di IG ada yang nulis, ‘Ini gimana sih mobile banking BCA Syariah kok belum bisa top-up Flazz?’ Nah, di BSya udah bisa," ujarnya.
Dia pun mengonfirmasi bahwa aplikasi lama BCA Syariah memang akan ditutup secara bertahap. “Kalau BCA induk bisa maintain dua [aplikasi] karena user-nya sudah besar. Kalau BCA Syariah masih manageable untuk ditutup,” pungkasnya.