Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pembiayaan PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) menyiapkan strategi untuk menghadapi kebijakan opsen pajak kendaraan yang mulai berlaku pada 2025. Perusahaan melihat bahwa kebijakan tersebut akan memberikan tekanan besar bagi industri otomotif dan multifinance.
Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan opsen pajak ini dapat menyebabkan selisih pembayaran hingga 40% yang harus ditanggung oleh nasabah, sehingga berpotensi mengganggu minat masyarakat untuk memiliki kendaraan baru.
“Opsen pajak kendaraan cukup memberikan tekanan khususnya bagi industri otomotif dan multifinance. Akan ada selisih bayar yang cukup besar kurang lebih sekitar 40% yang harus dibayarkan oleh nasabah. Tentunya, hal tersebut akan menjadi tantangan besar bagi industri pembiayaan pada tahun ini,” kata Ristiawan kepada Bisnis, Selasa (7/1/2025).
Menurutnya, dampak ini juga telah memicu Gaikindo untuk menurunkan target penjualan kendaraan pada 2025. Target yang sebelumnya dipatok di atas 700.000 unit, kini dikoreksi menjadi di bawah angka tersebut.
Ristiawan menambahkan bahwa kenaikan beban biaya akibat opsen pajak akan mempengaruhi psikologis masyarakat, sehingga cenderung menunda keputusan pembelian kendaraan.
“Beban biaya yang bertambah ini akan menjadi salah satu faktor yang cukup mengganggu psikologis masyarakat sehingga menjadikan mereka untuk menunda memiliki kendaraan,” jelasnya.
Dalam menghadapi risiko ini, CNAF pun mengedepankan prinsip kehati-hatian serta menerapkan metode risk based pricing dalam menentukan suku bunga, yang disesuaikan dengan profil risiko nasabah.
Selain itu, CNAF secara aktif mengingatkan nasabah untuk melakukan pembayaran angsuran melalui berbagai saluran komunikasi seperti WhatsApp, telepon, dan bantuan suara robot. Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam menjaga performa bisnis dan kesehatan portofolio.
“Untuk mitigasi dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan, CNAF dalam menjaga kesehatan portofolio bisnis mengedepankan prinsip kehati-hatian dan metode risk based pricing yaitu penentuan suku bunga berdasarkan profil risiko nasabah,” kata Ristiawan.
Lebih lanjut, CNAF juga sedang mendorong diversifikasi produk untuk memperluas pasar dan mengurangi ketergantungan pada pembiayaan kendaraan semata. CNAF kini menyalurkan pembiayaan untuk kendaraan baru dan bekas, serta menawarkan fasilitas dana untuk kebutuhan produktif dan konsumtif.
Ristiawan juga menyoroti peluang dari sektor kendaraan listrik yang saat ini menunjukkan pertumbuhan signifikan, meskipun masih menghadapi tantangan besar. Penyerapannya di pasar domestik baru mencapai 5% dan infrastruktur pendukung belum merata.
Baca Juga : Peluang Baru Bisnis Emas Lewat Bulion Bank |
---|
Selain kendaraan listrik, CNAF juga melihat potensi pembiayaan di sektor emas atau bullion sebagai peluang diversifikasi. Pembiayaan emas dinilai memiliki pasar yang cukup besar dan dapat menjadi pilihan investasi bagi nasabah.
“Diversifikasi produk yang dapat dilakukan saat ini yaitu bullion atau pembiayaan emas yang mana secara potensi market cukup lumayan besar. Bagi nasabah yang menginginkan investasi maka dapat ditawarkan untuk pembiayaan emas. CNAF saat ini sedang mencoba untuk menganalisis kemungkinan dari opportunity tersebut,” kata Ristiawan.