Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Turun, Asosiasi Leasing Sebut Bantu Daya Beli

Asosiasi leasing (APPI) memperkirakan dalam jangka pendek, dampak penurunan suku bunga BI Rate lebih ke pemulihan daya beli masyarakat.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyampaikan paparan saat Diskusi Pakar bertema Industri Multifinance di kantor Redaksi Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (31/10/2023)./Bisnis - Arief Hermawan P
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyampaikan paparan saat Diskusi Pakar bertema Industri Multifinance di kantor Redaksi Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (31/10/2023)./Bisnis - Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia memutuskan memangkas suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 5,75%. Kebijakan moneter ini akan membawa dampak bagi industri perusahaan pembiayaan atau multifinance.

Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengatakan pemangkasan suku bunga acuan ini akan membawa dampak positif meski tetap membutuhkan waktu sampai hal itu diikuti oleh penurunan bunga perbankan.

Suwandi mengatakan walau suku bunga acuan dipangkas, imbal hasil dari Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga masih tinggi. Dengan begitu, menurutnya masyarakat cenderung akan membeli obligasi.

"Sebenarnya ke depan tren suku bunga menurun cukup bagus. Apakah perbankan bisa mengikuti alur turunnya suku bunga acuan BI? Perbankan juga saat ini likuiditasnya ketat. Apakah perbankan serta-merta menurunkan suku bunga sesuai BI? Belum tentu. SRBI tinggi, likuiditas ketat," kata Suwandi kepada Bisnis, Rabu (15/1/2025).

Menurut Suwandi, dampak langsung yang bisa dirasakan industri multifinance adalah peningkatan daya beli dan perluasan lapangan kerja. Dengan begitu, menurutnya stimulus yang perlu diberikan adalah pada sisi riilnya.

"Jangan bicara suku bunganya. Banyak orang kehilangan pekerjaan, sehingga NPL [non-performing loan] naik. Baru efeknya ke pembiayaan—ada uang, bisa beli motor dan mobil, menyicil," tandasnya.

Adapun berdasarkan kinerja industri multifinance, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 7,27% year-on-year (yoy) per November 2024 menjadi sebesar Rp501,37 triliun. Pertumbuhan ini sedikit melambat dibanding pertumbuhan pada bulan Oktober sebesar 8,37% yoy.

Dari sisi kualitas kredit, rasio NPF gross perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 2,71%, meningkat dibanding pada Oktober 2024 sebesar 2,60%. Sementara itu, NPF net tercatat sebesar 0,81%, juga meningkat dari Oktober 2024 sebesar 0,77%.

Selanjutnya, gearing ratio perusahaan pembiayaan turun menjadi sebesar 2,30 kali dari 2,34 kali pada Oktober 2024. Gearing ratio perusahaan pembiayaan masih berada di bawah batas maksimum sebesar 10 kali.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper