Bisnis.com, JAKARTA – HSBC Global Research memprediksi bahwa Bank Indonesia akan kembali memangkas suku bunga acuan BI rate sebesar 25 bps sebanyak 2 kali pada 2025. Ramalan ini memperkirakan BI Rate berada pada level 5,25% sebelum tahun berganti.
Pranjul Bhandari, Chief Economist HSBC Global Research India and Indonesia menilai langkah bank sentral menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) pada Rabu (15/1/2025) terbilang mengejutkan.
Pasalnya, dia menilai bahwa BI selama ini cenderung sensitif dalam menyikapi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), lebih lagi tren serupa terus terjadi sejak awal tahun.
“Menurut kami, pendorong utama penurunan suku bunga adalah kekhawatiran mengenai pertumbuhan [ekonomi],” katanya dalam publikasi riset, Kamis (16/1/2025).
Menurutnya, BI memandang bahwa pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada kuartal IV/2024 lebih lemah yang diharapkan, tecermin dari kontraksi Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur dan pelambatan kredit.
PMI Manufaktur mengalami kontraksi beruntun sepanjang Juli hingga November 2024, sementara pertumbuhan kredit telah melambat dari 12,3% pada April menjadi 9,5% pada Desember 2024.
Baca Juga
“BI juga sedikit menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB 2025 dari 4,8%-5,6% menjadi 4,7%-5,5%, dengan menyebutkan tren ekspor, konsumsi, dan investasi swasta yang lemah,” lanjutnya.
Selain itu, tingkat inflasi RI juga berada di bawah target 2,5%±1% pada Desember 2024, dengan realisasi 1,6%. BI menyebut tingkat inflasi akan tetap terkendali pada 2025.
Dari indikator-indikator tersebut, Pranjul bersama timnya memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuan 25 bps sebanyak dua kali, masing-masing pada kuartal II/2025.
“Kami pikir, pelonggaran moneter ini secara strategis akan membuat suku bunga acuan sedikit lebih tinggi dari tingkat sebelum pandemi [5% pada Januari 2020], mengingat nilai tukar yang lebih fluktuatif selama beberapa tahun terakhir,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate menjadi 5,75% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 14—15 Januari 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo juga menetapkan suku bunga Deposit Facility turun menjadi 5,00% dan suku bunga Lending Facility juga turun menjadi 6,50%.
Menurutnya, keputusan suku bunga ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk pengendalian inflasi dalam sasarannya dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.