Bisnis.com, JAKARTA- Kebiasaan kecil seperti membeli kopi atau camilan mungkin terlihat sepele, tetapi jika dilakukan setiap hari, pengeluaran tersebut dapat terakumulasi menjadi jumlah yang signifikan.
Fenomena ini dikenal sebagai latte factor. Tanpa disadari, pengeluaran kecil ini bisa menjadi “jebakan” yang menggerogoti keuangan Anda, sehingga penting untuk mengenali dan mengelolanya dengan baik agar tujuan finansial tetap tercapai.
Apa itu Latte Factor?
Dilansir dari prudential.co.id, Sabtu (25/1/2025) latte factor mengacu pada kebiasaan mengeluarkan uang untuk hal-hal kecil secara rutin, yang jika diakumulasikan dapat menjadi jumlah yang signifikan.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh David Bach, seorang penulis buku keuangan. Bach menyoroti bahwa pengeluaran harian seperti membeli kopi dapat memberikan dampak besar terhadap kondisi keuangan seseorang.
Namun, latte factor tidak hanya terbatas pada pembelian kopi. Istilah ini mencakup berbagai pengeluaran kecil lainnya yang sering dianggap sepele, seperti makan di luar, membeli camilan atau minuman di warung atau minimarket, hingga pembelian impulsif yang tanpa disadari dapat bertambah besar jika dijumlahkan.
Cara Menghindari Latte Factor
Dilansir dari manulife.co.id, Sabtu (25/1/2025) berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari jebakan latte factor dan mengelola keuangan dengan lebih efektif:
1. Catat Pengeluaran Harian
Penting untuk mencatat setiap pengeluaran kecil yang dilakukan setiap hari. Misalnya, kebiasaan membeli air minum, tisu, atau kopi selama perjalanan ke kantor.
2. Tentukan Batas Anggaran
Dalam pengelolaan keuangan, memiliki batas anggaran sangat penting. Misalnya, dengan pendapatan bulanan Rp10 juta, Anda bisa membatasi pengeluaran untuk latte factor maksimal 5% atau Rp500 ribu per bulan. Hal ini memastikan keuangan tetap terkontrol tanpa harus sepenuhnya menghilangkan kebiasaan kecil tersebut.
3. Cari Substitusi Lebih Hemat
Ganti kebiasaan pengeluaran kecil dengan alternatif yang lebih hemat. Contohnya, membawa air minum sendiri, mengurangi frekuensi membeli kopi, atau memanfaatkan promo. Anda juga dapat menghemat biaya transfer antarbank dengan menggunakan aplikasi gratis atau membatasi langganan layanan streaming.
4. Alihkan Penghematan untuk Tujuan Finansial
Dana yang dihemat dari pengurangan pengeluaran kecil ini bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih penting, seperti investasi rutin atau asuransi kesehatan. Sebagai gambaran, jika sebelumnya Anda menghabiskan Rp1 juta per bulan untuk pengeluaran kecil, dengan strategi penghematan Anda dapat mengurangi biaya hingga Rp400 ribu per bulan.
Dengan langkah-langkah ini, pengelolaan keuangan menjadi lebih terarah, dan dana yang biasanya terpakai untuk kebutuhan kecil dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih produktif. (Siti Laela Malhikmah)