Bisnis.com, JAKARTA — PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) menilai perlambatan ekonomi yang terjadi pada 2024 menjadi tantangan bagi industri pembiayaan. Meskipun demikian, perusahaan tetap optimistis dan telah menyiapkan strategi ekspansi, termasuk peluncuran produk baru guna mengejar target tahun ini.
Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan 2024 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi semua sektor industri, termasuk multifinance. Dia menyoroti berbagai faktor yang memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia, seperti melemahnya daya beli masyarakat, ketegangan geopolitik yang masih berlangsung, dan suku bunga acuan yang masih tinggi.
“Tahun 2024 merupakan tahun yang cukup struggle bagi semua sektor industri, tak terkecuali bagi multifinance. Pada 2024, berbagai faktor yang mewarnai kondisi ekonomi Indonesia seperti daya beli masyarakat yang melemah, ketegangan geopolitik yang masih berlangsung dan suku bunga acuan yang masih tinggi,” kata Ristiawan kepada Bisnis pada Rabu (5/2/2025).
Menurutnya, tantangan bagi industri keuangan kemungkinan akan semakin berat pada 2025, terutama dengan meningkatnya risiko perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta negara-negara anggota organisasi blok ekonomi Brazil, Russia, India, China, and South Africa (BRICS).
Namun, Ristiawan tetap yakin bahwa pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dapat menghadapi tantangan tersebut. Sejalan dengan itu, CNAF juga merespons situasi ini dengan penuh optimisme dan berencana untuk meluncurkan sejumlah produk baru guna memperluas pasar.
“CNAF merespons juga dengan penuh optimisme dengan merencanakan untuk meluncurkan produk-produk baru di antaranya pembiayaan logam mulia dan pembiayaan dengan agunan rumah dan bangunan,” katanya.
Baca Juga
Tahun ini, CNAF menargetkan total penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp9,5 triliun. Ristiawan juga menegaskan bahwa perusahaan akan terus mendorong pertumbuhan jumlah nasabah.
“Pada 2025 ini, CNAF menargetkan total penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp9,5 triliun. Dan tentunya CNAF juga menargetkan pertumbuhan jumlah nasabah di tahun 2025 ini,” katanya.
Dari sisi penyaluran, CNAF telah menyalurkan pembiayaan baru sebanyak Rp9,96 triliun sampai dengan akhir 2024. Angka tersebut tumbuh sebanyak 11,4% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu Rp8,94 triliun.
Penyaluran pembiayaan kendaraan baru berkontribusi sebanyak Rp2,50 triliun (25%) dan penyaluran pembiayaan untuk kendaraan bekas sebesar Rp6,33 triliun (64%). Selain penyaluran pembiayaan untuk kendaraan baru dan bekas, CNAF juga menyalurkan pembiayaan untuk fasilitas dana/refinancing sebesar Rp1,12 triliun (11%).
Tidak hanya itu, pembiayaan untuk kendaraan ramah lingkungan juga mengalami pertumbuhan 120% yakni sebesar Rp740 miliar jika dibandingkan tahun sebelumnya Rp337 miliar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 hanya mencapai 5,03%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan 5,05% pada 2023. Angka tersebut masih di bawah target pemerintah yang mengharapkan pertumbuhan mencapai 5,2%.
Faktor utama yang memengaruhi perlambatan ekonomi ini adalah konsumsi rumah tangga yang masih berada di bawah rata-rata historis yang hanya berada pada level 4,94%, serta perlambatan industri pengolahan. Pada 2024, industri pengolahan hanya tumbuh 4,43%, turun dari 4,64% pada 2023.