Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siap-Siap, Musim THR Dividen Bank BUMN (BRI, Mandiri, BNI, dan BTN) Dimulai

Bank BUMN, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN akan mengadakan RUPST pekan ini dengan salah satu agendanya membahas pembagian dividen tahun buku 2024.
Logo Bank BUMN (BBRI, BBNI, BBTN, BMRI). Dok Istimewa
Logo Bank BUMN (BBRI, BBNI, BBTN, BMRI). Dok Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Mengawali pekan ini, Bank Rakyat Indonesia (BRI) akan mengadakan RUPST yang salah satu agendanya yaitu penetapan dividen tahun buku 2024 bagi para pemegang saham. Setelahnya, bank BUMN lain juga akan menentukan besaran dividen.

Dijadwalkan BBRI akan menggelar RUPST pada hari ini, Senin 24 Maret 2025. Kemudian, Bank Mandiri pada Selasa 25 Maret 2025, sedangkan BNI dan BTN pada Rabu 26 Maret 2025.

Keempat bank tersebut sebelumnya telah mengirimkan sinyal terkait besaran pembagian dividen kepada para investor.

Dalam Bahan Mata Acara RUPST BRI disebutkan perseroan bakal membagikan dividen dengan besaran minimal 85% dari laba bersih yang diperoleh sepanjang 2024, yaitu senilai Rp60,64 triliun. Jika terealisasi 85% dari laba 2024, maka BRI siap menebar dividen setara Rp51,54 triliun.

Rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan dividend payout ratio untuk tahun buku 2023 sebesar 80% dari laba bersih. Dari aspek nominal, apabila bank pelat merah tersebut merealisasikan Rp51,54 triliun, maka nilai itu naik 7,15% dari dividen 2023 sebesar Rp48,1 triliun.

“Perseroan bermaksud membagikan dividen dengan payout ratio sekurang-kurangnya sebesar 85% termasuk dividen interim yang telah dibayarkan, dengan mempertimbangkan kinerja perseroan yang baik dan kondisi permodalan yang kuat,” tulis manajemen BRI dalam dokumen tersebut.

Manajemen BBRI lantas menjelaskan bahwa perseroan telah membagikan dividen interim sebesar Rp135 per saham atau sebesar Rp20,33 triliun pada 15 Januari 2025.

Jumlah itu akan diperhitungkan sebagai bagian dari dividen BRI tahun buku 2024. Sementara itu, sisa laba bersih tahun buku 2024 akan diusulkan untuk digunakan sebagai saldo laba ditahan perseroan.

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso memastikan rasio pembagian dividen pada tahun ini tidak akan kurang dari tahun-tahun sebelumnya.

Dia menjelaskan, saat ini rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perseroan masih sangat mencukupi pada level 26%. Angka ini di atas level prudent yang menurut Sunarso sebesar 17,5%.

Selain itu, jika setiap tahun membutuhkan 2% dari CAR untuk ekspansi, maka hingga 5 tahun ke depan BRI tidak perlu tambah modal. "Sehingga berapa pun labanya layak dibagi," katanya dalam laporan kinerja keuangan BRI 2024, Rabu (12/2/2025).

Bank Mandiri juga telah memberikan kisi-kisi besaran pembagian dividen tahun buku 2024 usai meraup laba bersih Rp55,78 triliun sepanjang tahun lalu.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo menyebutkan bahwa pihaknya telah menjaga tingkat dividend payout ratio stabil pada level 60% dari laba selama lima tahun terakhir.

“Hal ini sesuai dengan arahan dari Kementerian BUMN sebagai pemegang saham utama,” katanya dalam paparan kinerja keuangan Bank Mandiri 2024 secara virtual, Rabu (5/2/2025).

Menurutnya, penentuan rasio pembayaran dividen ini mempertimbangkan pelbagai faktor demi menjaga kondisi permodalan yang sehat, rentabilitas yang optimal, serta mendukung pertumbuhan bisnis jangka panjang yang berkelanjutan.

“Kewenangan untuk menetapkan dividend payout ratio ini dimiliki oleh pemegang saham utama kami, yang diwakili oleh pemerintah melalui Kementerian BUMN,” tuturnya.

Terpisah, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyebut bahwa pihaknya berupaya meningkatkan dividend payout ratio di atas 50%, seiring dengan tingkat permodalan perseroan yang dinilai memadai.

“Kita nanti akan lihat kemampuan [modal] sampai 5 tahun ke depan. Saya rasa dengan kita naikkan dividen sedikit juga enggak akan ada isu,” katanya kepada wartawan di bilangan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025).

Lebih lanjut, dia memperkirakan rasio pembagian dividen BNI tahun buku 2024 akan berada pada rentang 55% hingga 60%.

Persentase ini lebih tinggi dibandingkan realisasi rasio dividen sebesar 50% dari total laba bersih tahun buku 2023, atau senilai Rp10,45 triliun.

Namun demikian, dia menggarisbawahi bahwa keputusan akhir terkait besaran dividen berada di meja Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). “Mungkin sekitar 55% sampai 60%. Kita lihat nanti kebutuhannya ke depan,” pungkasnya.

Sepanjang tahun lalu BNI mencatatkan laba bersih konsolidasi senilai Rp21,5 triliun, naik 2,7% YoY dari Rp21,11 triliun.

Adapun, BTN mengungkapkan rencana untuk membagikan dividen Tahun Buku 2024 pada 2025, dengan perkiraan dividend payout ratio berada di kisaran 20%-25% dari total laba.

Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu menjelaskan bahwa pemberian dividen pada masa mendatang akan didasarkan pertimbangan rasio kecukupan modal bank. Jika bank memerlukan lebih banyak modal untuk ekspansi kredit atau alasan lainnya, biasanya rata-rata dividend payout ratio pada level 20%.

“Tapi kalau kita lagi merasa bahwa kita perlu naikkan dividend payout dengan pertimbangan tertentu, kita akan naikkan sama pemerintah. Tapi most likely sih saya kasih guidance saja 20%-25% lah pasti. Sekitaran segitulah BTN,” ujarnya dalam Public Expose, Selasa (27/8/2024).

Selain itu, untuk bisa memberikan dividen yang lebih tinggi kepada pemegang saham, pihaknya terus berusaha menjaga laba agar tetap stabil meskipun biaya dana (cost of fund) meningkat signifikan dengan mendorong pertumbuhan fee based.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper