Bisnis.com, JAKARTA — Saham perbankan berpotensi menjadi sektor paling fluktuatif pada perdagangan usai periode libur panjang Idulfitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025. Dinamika perekonomian global seperti kebijakan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinilai menjadi salah satu sentimen yang berpengaruh.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyebut bahwa pergerakan saham perbankan cenderung masih berada dalam tren sideways alias tidak menunjukkan tren tertentu.
“Kalaupun nanti secara teknikal pergerakan saham perbankan ternyata secara trennya masih sideways, berarti otomatis masih ada harapan bahwasanya fase akumulasi juga bisa terbentuk. Sentimen terkait efek tarif resiprokal AS itu menurut saya hanya bersifat temporer,” katanya kepada Bisnis, Senin (7/4/2025).
Menurutnya, saham perbankan menjadi salah satu penentu utama dalam pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini tak terlepas dari kapitalisasi pasar (market cap) dan berat pasar (market weight) yang dimiliki sektor perbankan.
Dengan demikian, sektor perbankan juga dapat menjadi pemberat apabila indeks komposit mengalami kinerja perdagangan yang volatil, melemah, atau bahkan mengalami pembekuan perdagangan sementara alias trading halt.
Itu sebabnya, dia merekomendasikan agar investor saham tetap menitikberatkan kepada manajemen risiko yang baik. Nafan menganjurkan agar investor mencermati emiten-emiten dengan fundamental yang kuat.
Baca Juga
“Termasuk perbankan yang berfundamental positif, mengingat harga sahamnya sudah terdiskon alias undervalued. Menurut hemat saya seperti itu,” tutur Nafan.
Adapun, sejumlah saham bank jumbo seperti BMRI, BBRI dan BBCA terpantau turut menopang laju IHSG sepanjang periode 24 hingga 27 Maret 2025 alias menjelang libur panjang hari raya Idulfitri 1446 Hijriah.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi motor utama penopang indeks komposit sebesar 70,28 poin alias melejit 17,91% dalam sepekan.
Posisi kedua saham penopang IHSG masih ditempati emiten perbankan pelat merah, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). BBRI melonjak 9,46% dalam sepekan dan menopang laju IHSG sebesar 53,71 poin.
Saham yang menjadi motor IHSG berikutnya adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Saham bank milik Grup Djarum tersebut menguat 7,59% sepekan dan berkontribusi terhadap IHSG sebesar 39 poin.
IHSG pun ditutup menguat 4,03% secara mingguan ke level 6.510,620 pada Kamis (27/3/2025) lalu. Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan peningkatan tertinggi dari indikator bursa terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian Bursa selama sepekan, yaitu sebesar 22,26% menjadi Rp18,60 triliun.
"Peningkatan turut terjadi pada IHSG sebesar 4,03% menjadi berada pada level 6.510,620 dari 6.258,179 pada pekan lalu," katanya, Jumat (28/3/2025).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.