Bisnis.com, JAKARTA — DBS Group Research memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) pada tahun ini kendati nilai tukar rupiah mengalami tekanan.
Senior Economist Bank DBS Radhika Rao menilai bahwa kondisi inflasi domestik masih cukup kondusif untuk membuka ruang pelonggaran kebijakan moneter.
“Para pembuat kebijakan masih akan memanfaatkan peluang yang ada, ketika isu tarif mengendap, untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps di tahun ini,” tulisnya dalam publikasi riset, Senin (21/4/2025).
Dia memaparkan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Maret 2025 berada pada level 1% secara tahunan, naik dari rata-rata 0,3% pada periode Januari–Februari.
Angka itu masih jauh di bawah target BI pada rentang 1,5%–3,5%, seiring dengan inflasi rata-rata kuartal I/2025 yang mencapai level 2,4%.
Radhika menyoroti bahwa kebijakan insidentil selama periode Ramadan dan Lebaran 2025, seperti diskon tarif listrik, tol, dan transportasi udara turut berkontribusi terhadap inflasi yang relatif rendah.
Baca Juga
DBS memperkirakan tekanan harga akan lebih terasa pada paruh kedua tahun 2025. Kondisi yang membuat mereka merevisi proyeksi inflasi setahun penuh menjadi 1,7% dari sebelumnya 2,0%.
“Para pembuat kebijakan kemungkinan akan mengawasi pasar keuangan, dengan pelemahan lebih lanjut pada rupiah dan obligasi, karena ketidakpastian global dan ketidakjelasan yang berkepanjangan mengenai perkembangan fiskal dalam negeri yang dapat mendorong pasar untuk memperkirakan penurunan suku bunga pada kuartal ini,” terang Radhika.
Itu sebabnya, dia menekankan bahwa ruang pelonggaran tetap terbuka karena suku bunga riil Indonesia dianggap masih cukup tinggi. Hal itu dinilai memberi penyangga terhadap risiko eksternal.