Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral di setiap negara, tidak terkecuali Asean, secara rutin menyesuaikan dan menetapkan suku bunga acuan di kawasannya.
Sebagaimana Bank Indonesia yang belum lama ini mempertahankan suku bunga acuan atau yang dikenal dengan BI Rate pada level 5,75%. Setidaknya penahanan tersebut telah terjadi selama 3 bulan, usai pemangkasan 25 bps pada Januari lalu.
“Rapat Dewan Gubernur [RDG] Bank Indonesia pada 22 dan 23 April 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%,” ucap Gubernur BI Perry Warjiyo.
Nyatanya, suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia tersebut termasuk suku bunga ketiga tertinggi di kawasan Asean.
Berbeda dengan Indonesia yang tak mengubah suku bunganya, Filipina dan Singapura kompak menurunkan suku bunga di tengah tensi perang dagang.
Melansir data dari Trading Economics, suku bunga Filipina turun dari 5,75% menjadi 5,5%. Sementara Singapura turun dari 2,18% menjadi 2,16%.
Baca Juga
Sementara Kamboja memiliki suku bunga paling rendah di Asean, yakni 0,78% (data per Januari 2025).
Kemudian diikuti Thailand sebesar 2%, Malaysia 3%, Vietnam 4,%, dan Brunei Darussalam dengan suku bunga sebesar 5,5%.
Indonesia berada di posisi tiga dengan suku bunga terbesar. Posisi kedua adalah Myanmar dengan suku bunga mencapai 9%, sementara Laos mencapai 10%.
Pada periode April, baru Indonesia, Filipina, dan Singapura yang memperbarui infromasi terkait suku bunga acuan. Sementara negara lainnya masih menggunakan data terakhir Maret.
Suku Bunga Negara di Asean per April 2025
Negara | Suku Bunga (%) |
---|---|
Kamboja | 0,78* |
Thailand | 2 |
Singapura | 2,16 |
Malaysia | 3 |
Vietnam | 4,5 |
Filipina | 5,5 |
Brunei Darussalam | 5,5 |
Indonesia | 5,75 |
Myanmar | 9 |
Laos | 10 |
Sumber: Bank Indonesia, Trading Economics
Ket *: data per Januari 2025
Apa Itu Suku Bunga Acuan?
Melansir dari laman resmi Bank Indonesia (BI), suku bunga acuan—dalam hal ini BI Rate—adalah suku bunga yang ditetapkan oleh BI dan menjadi patokan oleh lembaga keuangan di seluruh Indonesia untuk menentukan besarnya suku bunga yang akan ditawarkan kepada nasabah, termasuk suku bunga pinjaman dan tabungan.
Saat Bank Indonesia mengumumkan BI Rate naik, lembaga perbankan diharapkan juga akan menaikan suku bunga perbankan, begitu pula sebaliknya. Meski demikian, naik turunnya suku bunga akan diikuti oleh suku bunga perbankan secara bertahap karena transmisinya membutuhkan waktu.
Suku bunga acuan sangat memengaruhi suku bunga acuan pada lembaga perbankan. Ketika Suku bunga acuan naik, suku bunga deposito dan kredit di lembaga perbankan juga cenderung naik. Sebaliknya, jika BI Rate turun, suku bunga deposito dan kredit akan cenderung turun.
Efeknya dalam ekonomi, tercermin apabila suku bunga pinjaman atau kredit perbankan rendah, masyarakat yang termudahkan saat meminjam uang untuk usaha atau pengembangan usaha karena bunganya ringan.
Begitu juga sebaliknya, saat suku bunga kredit perbankan tinggi, masyarakat akan berpikir ulang sebelum mengajukan pinjaman ke bank.
Bukan hanya itu, saat suku bunga tinggi, masyarakat akan cenderung untuk menyimpan uangnya di Bank, karena dengan suku bunga tabungan yang tinggi akan memberikan keuntungan lebih banyak.
Sementara saat suku bunga tabungan atau depositonya rendah, biasanya masyarakat cenderung enggan untuk menyimpan uang di bank, dan mengeluarkannya untuk belanja, liburan, maupun ekspansi usaha.