Bisnis.com, Jakarta — Kinerja industri perbankan syariah di Indonesia menunjukkan dinamika yang beragam sepanjang kuartal I/2025. Beberapa bank syariah mencatatkan pertumbuhan positif. Di sisi lain, sejumlah bank syariah lainnya mengalami penurunan laba.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) masih memimpin dari segi aset maupun laba. Sepanjang Januari–Maret 2025, BSI membukukan laba bersih senilai Rp1,87 triliun, tumbuh 10,06% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,71 triliun. Dari sisi aset, BSI juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,01% menjadi Rp400,88 triliun dari sebelumnya Rp357,90 triliun.
Adapun, transformasi layanan digital mendorong peningkatan berbasis fee (fee based income/FBI) perseroan. Peningkatan FBI pada kuartaI 2025 mendorong peningkatan laba bersih perseroan menjadi Rp1,88 Triliun, tumbuh 10% secara year on year (YoY).
Baca Juga : Aral Pencarian Pesaing Sepadan untuk BSI (BRIS) |
---|
Plt Direktur Utama BSI Bob T. Ananta pada saat pemaparan publik kinerja kuartal I/2025 mengungkap FBI tumbuh 39,3% menjadi Rp1,7 triliun.
"Secara komposisi fee based ratio juga naik signifikan per Maret 2025 dari 16,91% ke level 20,35%,’’ kata Bob dalam keterangannya.
Lalu CIMB Niaga Syariah, meskipun asetnya naik 3,23% menjadi Rp64,78 triliun, perusahaan mengalami penurunan laba 14,49% menjadi Rp374,00 miliar dari Rp437,43 miliar pada kuartal I/2025.
Di sisi lain, performa positif ditunjukkan oleh BTN Syariah yang mencatatkan kenaikan laba 21,1% menjadi Rp199 miliar. Aset unit syariah BTN juga naik 11,57% menjadi Rp61,20 triliun.
Sebagai informasi, CIMB Niaga Syariah dan BTN Syariah saat ini sedang berproses untuk pemisahan usaha atau spin-off dari unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS).
Sementara itu, BTPN Syariah mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 17,74% menjadi Rp310,80 miliar. Aset bank ini juga meningkat 2,44% menjadi Rp21,71 triliun.
Di sisi lain, PT Bank Muamalat Tbk. mencatatkan kinerja yang menantang, dengan laba susut sebesar 39,86% dari Rp2,78 miliar menjadi Rp1,67 miliar. Aset Bank Mualamat juga mengalami penurunan sebesar 6,35% menjadi Rp60,81 triliun.
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) menjadi salah satu bank dengan tekanan paling besar. Laba turun signifikan sebesar 63,27% menjadi Rp13,05 miliar dari Rp35,52 miliar pada kuartal I 2024. Meski demikian, aset bank ini masih tumbuh 7,63% menjadi Rp17,78 triliun.
Dari data tersebut, bank-bank syariah besar seperti BSI, BTPN Syariah, dan BTN Syariah mencatatkan pertumbuhan solid. Sementara beberapa pemain lain seperti Muamalat dan PNBS masih menghadapi tekanan terhadap profitabilitasnya.
Berikut perbandingan kinerja beberapa bank syariah di Indonesia pada kuartal I/2025 dilihat dari laba dan aset:
Bank |
Laba Q1/2025 (Rp miliar) |
Laba (Q1/2024) (Rp miliar) |
% |
Aset Q1/2025 (Rp triliun) |
Aset Q1/2024 (Rp triliun) |
% |
Bank Syariah Indonesia |
1.878,79 |
1.707,18 |
+10,% |
400,88 |
357,90 |
+12,% |
CIMB Niaga Syariah |
374,00 |
437,43 |
-14,4% |
64,78 |
62,75 |
+3,2% |
Bank Muamalat |
1,67 |
2,78 |
-39,8% |
60,81 |
64,93 |
-6,3% |
Panin Dubai Syariah |
13,05 |
35,51 |
-63,2% |
17,78 |
16,52 |
+7,6% |
BTPN Syariah |
310,8 |
264,03 |
+17,7% |
21,71 |
21,19 |
+2,4% |
BTN Syariah |
199 |
164 |
+21,1% |
61,19 |
54,84 |
+11,5% |