Bisnis.com, Jakarta — PT Bank Jago Tbk. (ARTO) menyampaikan strategi untuk mempertahankan loyalitas nasabah.
Direktur Kepatuhan sekaligus Sekretaris Perusahaan Bank Jago Tjit Siat Fun menjelaskan bahwa keunggulan utama Bank Jago terletak pada kemampuan perseroan menyediakan layanan finansial digital yang tertanam dalam ekosistem digital.
"Keunikan kami dibandingkan fintech maupun bank konvensional ada pada kombinasi kekuatan regulasi perbankan yang kuat dan kelincahan inovasi digital. Hal ini memungkinkan kami menjangkau segmen yang belum terlayani secara optimal," kata Tjit kepada Bisnis, Rabu (7/5/2025).
Dia menilai strategi mempertahankan loyalitas nasabah tidak bergantung hanya pada suku bunga simpanan. Bank Jago lebih menekankan pada nilai tambah yang diberikan melalui Aplikasi Jago dan Jago Syariah meski bunga kompetitif tetap ditawarkan.
"Nilai utama kami adalah menyediakan solusi keuangan yang relevan dengan gaya hidup masyarakat digital, ini yang menciptakan keterikatan jangka panjang dengan nasabah, bukan sekadar insentif sesaat," tambahnya.
Per kuartal I/2025, jumlah nasabah Bank Jago tercatat mencapai 16,3 juta, termasuk 13 juta pengguna Aplikasi Jago untuk layanan pendanaan. Angka ini naik dari 9 juta nasabah pada kuartal I/2024.
Pertumbuhan jumlah pengguna turut mendorong kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 62% secara tahunan (year-on-year/YoY), menjadi Rp21,4 triliun per Maret 2025. Komposisi DPK terdiri atas CASA sebesar 54% atau Rp11,5 triliun dan term deposit sebesar 46% atau Rp9,9 triliun.
Tjit juga menuturkan bahwa Bank Jago menyalurkan pembiayaan melalui skema kolaborasi dengan mitra ekosistem digital, perusahaan pembiayaan, serta lembaga keuangan lainnya.
Hingga kuartal I/2025, total kredit yang disalurkan mencapai Rp20,3 triliun, tumbuh 42% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross tercatat rendah, yakni hanya 0,3%.
"Penyaluran kredit kami tidak hanya melalui mitra, tetapi juga secara langsung lewat Aplikasi Jago, dengan pendekatan pembiayaan bertanggung jawab dan prinsip kehati-hatian," ujarnya.
Selain itu, dia menyebut jika efisiensi operasional juga menjadi fokus utama perusahaan. Hal ini tecermin dari penurunan rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) yang membaik menjadi 56% pada kuartal I/2025, dari sebelumnya 80% di periode sama tahun lalu.
Sebagai bank berbasis teknologi, katanya, Bank Jago akan terus memperluas kolaborasi dalam ekosistem digital. Misalnya, dengan GoTo dan BFI Finance, serta menjajaki kemitraan baru demi memberikan layanan keuangan digital yang inklusif dan personal.
Menurut catatan kinerja, Bank Jago membukukan laba bersih (net profit after tax) senilai Rp60 miliar per akhir Maret 2025. Nilai tersebut tumbuh 178% secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang senilai Rp22 miliar.
Dalam laporannya, raihan laba tersebut dibarengi dengan pertumbuhan kredit sebesar 42% YoY menjadi Rp20,3 triliun dari Rp14,3 triliun.
"Pertumbuhan penyaluran kredit tercapai berkat strategi kolaborasi dengan berbagai mitra [partner], seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya," ujar Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung.
Pertumbuhan kredit mendorong naik aset Bank Jago menjadi Rp32,5 triliun atau tumbuh 44% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp22,5 triliun. Dari sisi kualitas pembiayaan, ARTO mencatatkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross sebesar 0,3%.