Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Porsi Belanja Emas Masyarakat RI Menanjak

Terdapat peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan rumah tangga untuk ditempatkan di instrumen emas.
Seorang karyawan memamerkan emas batangan seberat satu kilogram untuk difoto di toko Tanaka Holdings Co. di Tokyo, Jepang. Bloomberg/Akio Kon
Seorang karyawan memamerkan emas batangan seberat satu kilogram untuk difoto di toko Tanaka Holdings Co. di Tokyo, Jepang. Bloomberg/Akio Kon

Bisnis.com, JAKARTA – Minat masyarakat untuk menempatkan asetnya ke instrumen emas cenderung meningkat saat dana pihak ketiga (DPK) perbankan bertumbuh melambat.

Head of Macroeconomic & Financial Market Research Department PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Dian Ayu Yustina menjelaskan bahwa hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable income) rumah tangga untuk ditempatkan di instrumen logam mulia itu.

“Karena memang saat ini emas dinilai sebagai alternatif safe haven asset. Jadi, peningkatannya cukup signifikan bahkan terlihat dari akhir 2022,” katanya dalam konferensi pers Economic Outlook Q2 2025 secara virtual, Senin (19/5/2025).

Dia memaparkan, penempatan aset pada emas/perhiasan menyentuh 32,9% dari seluruh disposable income pada Maret 2025. Porsi itu meningkat dari 27,5% pada Maret 2023.

Sementara itu, porsi dari ekuitas, properti, hingga lainnya masing-masing sebesar 2,3%, 11,6%, serta 6% hingga Maret 2024. Produk tabungan masih mendominasi dengan porsi penempatan aset/deposit mencapai 47,23%.

"Jadi, ini tentunya akan mengubah sedikit pola penempatan aset masyarakat, apakah itu untuk saving, apakah itu untuk properti, dan alternatif aset-aset lainnya," imbuhnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat penghimpunan dana pihak ketiga pada Maret 2025 mencapai Rp8.725,6 triliun, tumbuh 4,7% YoY. Torehan itu melambat dari pertumbuhan per Februari 2025 yang sebesar 5,6% secara tahunan.

Pelambatan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan DPK korporasi yang hanya tumbuh 9,7% YoY menjadi Rp4.204,1 triliun per Maret 2025, melambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 12,9%.

Di sisi lain, simpanan golongan nasabah perorangan menunjukkan perbaikan dengan tumbuh 1,1% YoY menjadi Rp4.116,1 triliun, usai terkontraksi 0,9% pada Februari 2025.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pertumbuhan simpanan perbankan selama tiga bulan pertama tahun ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti realisasi anggaran pemerintah, kebutuhan perusahaan untuk membayar tunjangan hari raya (THR) dan dividen, serta minat konsumsi masyarakat.

"Selanjutnya, volatilitas pasar keuangan yang cukup tinggi serta kondisi ekonomi global yang belum stabil menjadikan masyarakat utamanya perorangan berperilaku cenderung konservatif dan memilih untuk menyimpan dana dan berinvestasi pada instrumen yang berisiko rendah seperti emas dan SBN," kata Dian dalam paparannya, dikutip Rabu (14/5/2025).

Dia memandang bahwa perilaku konservatif masyarakat dapat dipahami dan merupakan salah satu mekanisme yang wajar di tengah dinamika ekonomi saat ini.

Sementara itu, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan perkembangan deposito sepanjang kuartal I/2025 dinilai agak lebih berat, terutama untuk kategori individual.

Jahja menyebut deposito individual perseroan berada dalam tren pertumbuhan negatif. "Memang jujur, kami katakan saingan dengan instrumen yang lain lebih menarik dari deposito. [Instrumen lain] tersedia banyak di market," ujarnya dalam paparan kinerja pada Rabu (23/4/2025).

Selain itu, dia menyebutkan masyarakat, terutama yang memiliki kelebihan dana, cenderung mencari yield yang lebih besar dari bunga deposito yang ditawarkan oleh bank. Oleh karena itu, kompetisi untuk menjaring dan mempertahankan dana deposito cukup ketat.

Sebagai informasi, saat ini BCA menetapkan bunga deposito paling tinggi sebesar 3,25% dan paling rendah pada level 2,00% per tahun. Hal ini pun diakuinya sebagai salah satu tantangan.

"Dengan hubungan baik dan layanan yang baik, BCA bisa memiliki Rp214 triliun deposito yang ada di BCA dengan no special rate," kata Jahja.

Adapun, sepanjang kuartal I/2025 BCA membukukan koreksi simpanan deposito sebesar 0,9% YoY dari Rp216 triliun menjadi Rp214 triliun. Sementara, dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan masih meningkat masing-masing sebesar 9,5% YoY dan 7,5% YoY.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper