Bisnis.com, JAKARTA - Tidak hanya tubuh yang bisa sakit, keuangan ternyata juga bisa sakit, mulai dari kesulitan nabung sampai gali lobang, tutup lobang, dan bahkan berutang.
Penyakit dalam keuangan bisa terjadi karena banyak kebiasaan buruk. Misalnya, menormalisasi tidak menabung, karena merasa tidak punya tujuan menabung, baik jangka pendek atau jangka panjang.
Selain itu, karena sudah bekerja keras, kita kerap merasa punya wewenang untuk membelanjakan uang yang sudah dihasilkan, alih-alih menyiapkan tabungan untuk masa depan.
Akhirnya, kita tidak punya fondasi keuangan yang kokoh, mulai dari dana darurat, bahkan sampai punya banyak pinjaman dan utang.
Hal ini tercermin dari data Bank Indonesia, di mana skor kesehatan finansial orang Indonesia pada 2024 hanya mencapai 41,25 dari 100.
Untuk memperbaikinya, kita bisa memulai Detoks Finansial.
Baca Juga
Widya Yuliarti, CFP, OCBC Nyala Financial Fitness Trainer menjelaskan bahwa detoks finansial adalah langkah untuk melihat dan meninjau kembali pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama sebulan. Kemudian, identifikasi pengeluaran yang tidak penting, dan alihkan uangnya untuk menabung.
"Terkadang orang merasa belum ada motivasi kenapa harus menabung. Padahal keuangan tetap perlu direncanakan untuk memetakan dan mengantarkan ke tujuan keuangan selanjutnya," kata Widya di Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (17/7/2025).
Perencanaan keuangan bisa dimulai dengan memahami piramida keuangan, yang dibagi menjadi empat bagian. Paling dasar adalah Financial Basic dengan melunasi utang dan arus kas.
Kedua, Financial Safety tentang bagaimana menabung rutin, menyiapkan dana darurat, dan asuransi.
Tingkat ketiga adalah Financial Growth di mana kita mulai bisa memupuk kekayaan dengan investasi. Hingga akhirnya menuju Financial Freedom, di mana uang yang akan bekerja lewat pendapatan pasif.
"Dalam kondisi apa pun, kuatkan fondasinya. Yang sekarang banyak terjadi adalah terburu-buru investasi, tapi tidak punya dana darurat, keuangannya belum aman. Ini perlu Financial Detox," imbuh Widya.
Cara Detoks Finansial
Untuk melakukan detoks finansial bisa dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Evaluasi pengeluaran, pendapatan, utang, hingga aset. Lakukan budgeting dengan mencatat semua pengeluaran dan pemasukan.
"Usahakan sedetail mungkin, bahkan untuk uang parkir sekalipun," katanya.
Budgeting dilakukan dengan membagi pendapatan dan pengeluaran. Jika ada, pendapatan bisa dibagi menjadi tiga:
- Aktif: Semua gaji, bonus dari hasil kerja
- Investasi: Reksadana, saham, obligasi, emas
- Pasif: aset yang bisa memberikan pendapatan, obligasi, deposito, kontrakan
Kemudian catat pengeluaran mulai dari hari pertama gajian. Bagi pengeluaran menjadi tiga:
- Produktif: Pengeluaran untuk diri sendiri, menabung atau investasi, donasi, sedekah untuk diri sendiri.
- Kebutuhan: Asuransi, makan per bulan, transportasi, belanja bulanan
- Self reward/cicilan
"Paling mudah membagi pengeluaran dengan metode 20:50:30. Untuk produktif 20%, kebutuhan 50%, dan cicilan: 30% supaya masih bisa nabung, karena cicilan lebih dari itu nggak aman," jelas Widya.
2. Sesuaikan niat menabung dengan tujuan keuangan masing-masing, bisa untuk melunasi utang, menyusun dana darurat, DP rumah, sampai sekolah anak, dan tentukan prioritasnya.
"Dana darurat ini sangat penting, karena tidak ada orang yang imun dengan kejadian darurat dan harapannya tidak perlu sampai berutang kalau sampai ada kejadian darurat. Besarannya? Tergantung statusnya. Single minimal 6 kali pengeluaran bulanan, menikah tanpa anak 9 kali, dan menikah punya anak 12 kali dari pengeluaran bulanan," paparnya.
3. Tanyakan lagi pada diri sendiri apakah mau punya kondisi keuangan seperti sekarang tanpa perubahan? Apakah puas dengan keuangan yang tidak teratur?
4. Tanyakan kepada diri sendiri, bagaimana kita ingin hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan, memenuhi kebutuhan dan keinginan tanpa perlu memikirkan sumber dananya.