Bisnis.com, JAKARTA — Industri perbankan nasional sedang bersiap menyesuaikan suku bunga dan melihat peluang ekspansi kredit setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI Rate ke level 5,25%.
Pelonggaran kebijakan moneter ini diharapkan dapat memacu kredit perbankan yang pertumbuhannya kian melandai. Bank sentral mencatat, penyaluran kredit hanya tumbuh sebesar 7,77% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Mei 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bahwa perkembangan ini dipengaruhi oleh perilaku bank yang cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit, seiring dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh meningkat menjadi 6,96% YoY pada paruh pertama tahun ini.
“Tentu saja kami menyadari bahwa bank akan berhati-hati dalam melakukan asesmen ke sektor ataupun korporat mana yang layak dalam mendapatkan kredit. Namun, kami mengimbau yuk bersama-sama menurunkan suku bunga, yuk kita bersama-sama mendorong kredit,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (16/7/2025).
Sejumlah bank menyambut baik pemangkasan BI Rate sebagai pemacu ekspansi kredit. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) berharap bahwa kebijakan ini dapat menstimulasi permintaan kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Hera F. Haryn selaku EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA menjelaskan bahwa perseroan akan sejalan dengan kebijakan suku bunga acuan BI. BCA juga menimbang berbagai faktor lain dalam transmisi tersebut.
“Dalam menentukan kebijakan suku bunga, BCA senantiasa mencermati perkembangan suku bunga acuan ke depan, parameter makroekonomi lainnya, kondisi likuiditas sektor perbankan, dan kondisi pasar yang dipengaruhi faktor permintaan dan penawaran,” katanya kepada Bisnis, Kamis (17/7/2025).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (19/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Dia menjelaskan bahwa suku bunga kredit BCA relatif tidak mengalami kenaikan, terutama di segmen SME dan ritel. Pasalnya, terdapat periode saat bank sentral menaikkan suku bunga beberapa waktu lalu.
Menurutnya, BCA terus melakukan peninjauan ulang terhadap tingkat suku bunga kredit pada level yang dapat diterima pasar dan tidak mengesampingkan daya beli masyarakat. “Kami akan terus berupaya menjaga keseimbangan pertumbuhan profitabilitas, likuiditas serta kualitas ke depan,” terang Hera.
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memandang bahwa penurunan BI Rate menjadi sinyal kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung.
Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara menyatakan bahwa perseroan memperkuat fungsi intermediasi melalui penyaluran pembiayaan yang sehat dan selektif, dengan fokus pada sektor-sektor strategis di wilayah. “Penyesuaian suku bunga kredit dan simpanan akan dilakukan secara terukur, dengan mempertimbangkan strategi bisnis, kondisi likuiditas internal, serta dinamika pasar,” katanya.
Di sisi pendanaan, pihaknya menyatakan akan terus mengelola struktur dana secara prudent dengan mengedepankan penguatan dana murah (current account saving account/CASA) berbasis transaksi. Hal ini ditopang oleh pengembangan kapabilitas digital perseroan.
Setali tiga uang, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memandang penurunan BI Rate sejalan dengan upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi menyebut penurunan suku bunga acuan ini berpotensi membuka ruang lebih luas untuk ekspansi kredit perseroan, khususnya kepada sektor-sektor produktif seperti UMKM.
“Ke depan, BRI akan terus mencermati dinamika pasar dan kebijakan moneter untuk memastikan strategi bisnis tetap adaptif dan selaras dengan kebutuhan perekonomian nasional,” ujarnya.
Tak ketinggalan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) juga menyambut baik keputusan bank sentral. Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu optimistis bahwa penyaluran kredit dapat meningkat. “Kita sambut baik, ya. Ini bagian dari upaya menjaga dan mendorong pertumbuhan kredit ke depannya,” katanya kepada Bisnis melalui pesan singkat.
Risiko Penurunan Simpanan
Optimisme terhadap peningkatan penyaluran kredit masih menyisakan risiko yang patut diwaspadai perbankan di sisi simpanan. Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menggarisbawahi di tengah keyakinan tersebut, potensi menurunnya daya tawar simpanan bank dibandingkan instrumen simpanan lain belum luntur.
“Penurunan suku bunga berpotensi menurunkan simpanan di bank, sehingga nasabah mengalihkan ke surat berharga atau instrumen investasi lainnya yang memberikan rate lebih tinggi,” terangnya.
Dia tidak memungkiri bahwa pemangkasan BI Rate baik bagi kredit perbankan, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, transmisi terhadap penurunan suku bunga perbankan juga memerlukan waktu.
“Transmisi bunga ke kredit dapat berlangsung cepat bila diikuti dengan penurunan bunga simpanan bank,” tandas Trioksa.