Bisnis.com, JAKARTA — PT AXA Mandiri Financial Services (Axa Mandiri) menyatakan tetap optimistis menatap kinerja bisnis pada tahun ini, meskipun menghadapi dinamika ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil.
Presiden Direktur Axa Mandiri Handojo G. Kusuma mengungkapkan perusahaan telah menyiapkan strategi untuk mendorong pertumbuhan, baik dari sisi pendapatan premi (top line) maupun laba bersih (bottom line).
“Kami lihat tantangannya mungkin masih tetap ada ya. Tantangannya terus berkembang. Uncertainty dari [kebijakan Presiden Amerika Serikat] Donald Trump sendiri juga ke arah mana juga susah di-predict juga. Kami juga masih optimistis tumbuh untuk top line dan bottom line, dua-duanya,” kata Handojo ditemui usai acara peluncuran Asuransi Mandiri Ultimate Legacy di Jakarta, Selasa (22/5/2025).
Sepanjang 2024, Axa Mandiri mencatatkan pendapatan premi sebesar Rp11,84 triliun, naik tipis 1,36% secara tahunan (year on year/YoY) apabila dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp11,68 triliun. Namun, dari sisi pendapatan, perusahaan membukukan Rp12,45 triliun atau turun 11,16% YoY dari Rp14,02 triliun pada 2023. Sementara itu, total laba komprehensif tercatat Rp1,25 triliun, menurun 7,2% YoY apabila dibandingkan Rp1,35 triliun pada tahun sebelumnya.
Meski terjadi tekanan pada beberapa indikator keuangan, Axa Mandiri terus melakukan diversifikasi produk untuk menjangkau lebih banyak segmen nasabah. Handojo menjelaskan bahwa perusahaan memiliki beragam solusi perlindungan dan investasi, seperti produk endowment, unit-linked, hingga proteksi murni dengan fitur pengembalian premi.
“Terkait produk, untuk saving kami juga punya endowment. Selain daripada unit-linked yang ada unsur investasinya di situ. Jadi kita memang punya solusi yang beragam, tergantung dari segmen,” katanya.
Baca Juga
Handojo menjelaskan bahwa produk endowment merupakan salah satu produk unggulan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga memiliki produk proteksi untuk segmen ritel, yakni Mandiri Flexi Proteksi (MFP), yang lebih menitikberatkan pada aspek perlindungan namun tetap menawarkan pengembalian premi.
Selain itu, di tengah ketidakpastian pasar modal, permintaan terhadap produk asuransi tradisional juga meningkat karena menawarkan kepastian manfaat dan perlindungan. Hal ini turut mendorong Axa Mandiri untuk menyeimbangkan portofolio produknya.
“Memang kebutuhan atau demand terhadap asuransi tradisional memang lebih naik karena, kan, dengan ketidakpastian ekonomi dan ketidakpastian dari capital market segala macam, orang, kan, mau kepastian. Kalau produk tradisional kita tahu, kan, semuanya dijamin. Jadi kita memang coba balancing di situ saja,” katanya.
Dari sisi target pasar, Axa Mandiri akan tetap menggarap segmen menengah ke atas, namun tidak mengabaikan potensi besar dari pasar ritel dan mikro yang dinilai masih belum tergarap maksimal.
“Tahun ini, kita akan tetap pacu pertumbuhan di segmen atas karena segmen atas sendiri, kan, dari produk holding masih bisa ditambah. Untuk segmen ritel itu peluang justru masih lebih banyak lagi karena penetrasi kita masih relatif rendah di situ. Makanya kita juga push produk-produk ritel kita juga dengan akses dari beberapa macam kanal distribusi di Bank Mandiri, seperti ada direct distribution, segala macam itu kita juga masih gencarkan, termasuk juga yang polis-polis mikro,” terang Handojo.
Untuk memperluas jangkauan produk mikro, perusahaan turut memanfaatkan jaringan agen Laku Pandai dalam memasarkan produknya, termasuk mempertimbangkan strategi harga premi agar tetap kompetitif.
Dalam pengelolaan dana investasi, Axa Mandiri tetap berfokus pada instrumen yang aman seperti obligasi pemerintah dan aset jangka panjang guna memastikan kesesuaian antara kewajiban dan aset perusahaan. Pada 2024, jumlah investasi perusahaan mencapai Rp37,58 triliun, dengan investasi paling banyak ditempatkan pada Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp21,87 triliun. Kemudian sisanya saham Rp12,27 triliun, obligasi korporasi Rp2,13 triliun, dan reksa dana Rp632 miliar.
“Kami banyak, kan, investasi di government bond, kami harus matching antara aset dan liability. Dan kami juga investasi di instrumen jangka panjang juga untuk matching dari duration-nya juga. Saya kira tergantung dari jenis produknya. Kalau untuk produk yang nuansanya investasi memang agak-agak ada banyak tantangan, ya, tapi kalau untuk proteksi saya kira masih punya peluang. Terutama di bisnis ritel kami masih ada pertumbuhan juga,” pungkas Handojo.