Bisnis.com, DENPASAR – Perusahaan asuransi jiwa, PT Perta Life Insurance menargetkan perolehan laba setelah pajak yang lebih tinggi di tahun ini dibandingkan kinerja periode 2024.
Pada 2024 lalu, Pertalife berhasil mencatatkan laba setelah pajak sebesar Rp97,18 miliar, yang menjadi laba tertinggi sejak perusahaan berdiri pada 28 Juni 1985.
"Targetnya pasti lebih naik lah. Iya [pecah rekor lagi]," kata Direktur Pemasaran Pertalife Insurance Martino Faishal Saudi kepada Bisnis saat ditemui di kawasan Nusa Dua, Bali, Rabu (21/5/2025).
Meski tidak menyebut angka, Martino memastikan realisasi laba setelah pajak per kuartal I/2025 masih sesuai jalur untuk mencapai target laba setelah pajak di akhir tahun nanti.
"Masih on track. Tapi kami akan booster di semester duanya," ujarnya.
Dengan realisasi pada tiga bulan pertama 2025 itu, Pertalife Insurance optimistis target pecah rekor kembali di tahun ini bisa dicapai.
Baca Juga
"Strateginya adalah captive market kita boost lagi, new product dan bisnis baru juga," pungkasnya.
Berdasarkan laporan keuangan audited perusahaan, Pertalife Insurance pada periode 2024 mencatatkan laba setelah pajak sebesar Rp97,18 miliar, naik 1,09% year on year (YoY).
Sementara itu, pendapatan premi bruto juga meningkat 38,73% YoY menjadi Rp1,25 triliun dibanding premi bruto periode yang sama pada 2023 sebesar Rp902,72 miliar.
Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Investasi Pertalife Insurance, Sigit Panilih, mengatakan pendapatan premi tersebut juga menjadi rekor baru yang dicatatkan Pertalife sejak perusahaan berdiri.
"Pendapatan tahun ini merupakan pendapatan terbesar sejak Pertalife berdiri. Ini suatu pencapaian yang bagus di 2024," ujarnya.
Selaras dengan tren industri asuransi jiwa pada tahun lalu, pendapatan investasi Pertalife Insurance pada periode 2024 juga mengalami koreksi sebesar 7,36% YoY menjadi Rp142,50 miliar, dibanding Rp153,61 miliar pada periode 2023.
Meski turun, Sigit mengatakan kinerja investasi Pertalife Insurance masih lebih baik dari industri asuransi jiwa secara keseluruhan, yang pada periode 2024 hasil investasinya mengalami koreksi sebesar 24,8% YoY.
"Kenapa penurunan tidak sedalam industri, ini terkait dengan portofolio investasi. Investasi kita banyak di SBN. Ada beberapa portofolio yang mungkin terkena dampak cukup besar di saham, itu porsinya hanya sekitar 4%. Ini kenapa penurunan hasil investasi tidak terlalu dalam dibanding industri," jelasnya.
Dari indikator kinerja keuangan lainnya, hasil underwriting Pertalife Insurance menutup 2024 dengan pertumbuhan 48,78% YoY menjadi Rp76,57 miliar. Hal ini selaras dengan imbal jasa DPLK yang juga tumbuh 11,31% YoY menjadi Rp24,92 miliar.
Di sisi lain, laba komprehensif Pertalife dalam periode 2024 mengalami kontraksi sebesar 3,17% YoY menjadi Rp90,54 miliar dibanding laba komprehensif tahun berjalan pada periode 2023 sebesar Rp93,50 miliar.
"Ini [penurunan laba komprehensif] salah satu kaitannya adalah dengan adanya beberapa kenaikan biaya komprehensif, penurunan investasi, ini jadi salah satu penyebab," tandasnya.
Sebagai informasi, PT Perta Life Insurance didirikan pada 28 Juni 1985 dengan nama PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri. Perusahaan ini secara resmi berganti nama menjadi PT Perta Life Insurance berdasarkan RUPS Luar Biasa pada 24 November 2021.
Perusahaan asuransi jiwa ini dimiliki oleh Dana Pensiun Pertamina sebagai pemegang saham mayoritas mencapai 71,39%, kemudian PT Timah Tbk. (TINS) dengan kepemilikan 27,83%, dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebesar 0,78%.