Bisnis.com, JAKARTA – PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) mengungkap menjalankan strategi peningkatan risk management melalui sistem know your customer.
Dampak pengetatan ini perusahaan melaporkan hingga April 2025 mengalami kontraksi aset dan nilai imbal jasa penjaminan (IJP) masing-masing sebesar 2% year on year (YoY) dan 4,7% YoY.
Direktur Bisnis Penjaminan Jamkrindo Henry Panjaitan menjelaskan dengan strategi risk management ini maka perusahaan lebih memilih pemasaran produk dengan risiko rendah serta risk assessment yang lebih fokus pada APBN dan APBD.
"Kendati terjadi penurunan aset dan imbal jasa penjaminan secara YoY pada April 2025, perusahaan tetap optimistis dapat mencapai target yang telah ditetapkan berdasarkan strategi untuk mendorong penjaminan di luar penugasan pemerintah seperti penjaminan KUR. Terutama melalui penjaminan langsung untuk produk suretyship dengan skema case by case (CbC)," kata Henry kepada Bisnis, Selasa (3/5/2025).
Dalam catatan Bisnis, meskipun mengalami koreksi, nilai IJP Jamkrindo masih lebih baik dibading rata-rata industri. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuagan (OJK), nilai IJP industri perusahaan penjaminan per April 2025 turun 10,23% YoY menjadi Rp2,57 triliun. Sedangkan aset industri mengalami kontraksi 0,58% YoY menjadi Rp47,34 triliun
Di tengah tantangan industri ini, Henry menegaskan bahwa prospek industri penjaminan kredit tetap terbuka lebar, terutama karena penjaminan kredit menyasar ke sektor UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Baca Juga
"Sebagaimana dinamika ekonomi makro, industri penjaminan kredit menghadapi tantangan, tetapi juga memiliki banyak peluang. Salah satu tantangan adalah adaptasi industri terhadap fokus pemerintah sehingga perlu penyesuaian dan penyempurnaan model bisnis," tegasnya.
Sebaliknya, dari sisi peluang menurutnya sektor UMKM akan menjadi motor utama yang bisa mendongkrak kinerja industri penjaminan seiring dengan integrasi ekosistem yang terus membaik.
"Peluangnya adalah pangsa pasar sektor UMKM yang sangat besar, di mana industri penjaminan kredit ke depan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem keuangan, bukan lagi pelengkap saja," pungkasnya.