Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) berencana menerbitkan obligasi dengan nilai antara Rp2 triliun hingga Rp4 triliun pada paruh kedua tahun ini.
"Rencana bisnis bank, nilainya [obligasi] yang akan diterbitkan berkisar Rp2 triliun sampai Rp4 triliun," ujar Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu saat ditemui, dikutip pada Senin (30/6/2025).
Nixon menjelaskan bahwa penerbitan obligasi ini salah satunya ditujukan untuk pelunasan surat utang selum, mengingat terdapat surat utang BTN yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Namun Nixon tidak menyebut berapa porsi yang akan digunakan untuk pelunasan obligasi yang wajib dipenuhi BTN dalam waktu dekat.
Adapun, obligasi BTN yang jatuh tempo dalam waktu dekat yaitu pada 8 Juli 2025 dari Obligasi Berkelanjutan II Tahap I Tahun 2015 seri D senilai Rp800 miliar yang memiliki kupon 10,5%.
BTN juga wajib membayar jatuh tempo surat utang pada 19 Agustus 2025 yang berasal dari Obligasi Berkelanjutan IV Tahap I Tahun 2020 seri C sebesar Rp 196 miliar dengan bunga 8,4%.
Adapun, rencana obligasi ini tersebut yang pada akhirnya membuat bank melakukan audit terhadap laporan keuangannya pada posisi 30 Juni 2025.
Baca Juga
Adapun pada catatan keuangan sebelumnya, BTN membukukan laba bersih Rp904 miliar pada kuartal I/2025. Realisasi ini tumbuh 5,1% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp860 miliar pada kuartal I/2024.
Saat itu Nixon menyebut bahwa peningkatan laba bersih tersebut ditopang oleh penyaluran kredit dan pembiayaan yang bertumbuh secara konsisten, serta fundamental keuangan yang terjaga.
“BTN tetap menjalankan strateginya secara konsisten di tengah persaingan likuiditas dan biaya dana yang masih mahal, sehingga perseroan mampu mencetak kinerja yang positif pada tiga bulan pertama tahun 2025,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (24/4/2025).
BTN mencatatkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 5,5% (YoY), dari Rp344,24 triliun pada kuartal I/2024 menjadi Rp363,11 triliun pada kuartal I/2025. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi naik 7,6% (YoY) hingga mencapai Rp179,70 triliun, sedangkan KPR non-subsidi tumbuh 8,1% (YoY) menjadi Rp106,80 triliun pada periode serupa.
Di sisi simpanan, BTN turut mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga atau DPK sebesar 7,5% (YoY) menjadi Rp384,70 triliun per kuartal I/2025, dari sebelumnya Rp357,74 triliun pada kuartal I/2024.
Nixon mengatakan bahwa dana murah atau current account saving account (CASA) yang dihimpun BTN meningkat 10,1% (YoY), dari Rp178,6 triliun menjadi Rp196,67 triliun sepanjang periode yang sama.
“Kontribusi dana murah terhadap total DPK BTN naik menjadi 51,1% dari kuartal I-2024 yang sebesar 49,9%, serta menurunkan biaya dana menjadi 4,0% dari Maret tahun lalu sebesar 4,2%,” paparnya.
Selain itu, BTN mencatatkan perbaikan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) dari 3,3% pada Maret 2024 ke level 3,6% pada Maret 2025.
Loan to deposit ratio (LDR) berada pada level 94,4% pada kuartal I-2025, menurun dari periode yang sama tahun lalu sebesar 96,2%.
Seiring dengan peningkatan kredit dan DPK, BTN mencatat kenaikan aset menjadi Rp468,53 triliun, naik 3,2% secara tahunan dari Rp454,01 triliun. Nixon pun yakin bahwa aset BTN dapat menyentuh Rp500 triliun pada akhir 2025.