Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CIMB Niaga (BNGA) Pantau Biaya Dana usai BI Rate Turun, Soroti Dinamika Likuiditas

Presiden Direktur CIMB Niaga (BNGA) Lani Darmawan mengatakan penurunan BI Rate merupakan sinyal positif.
Karyawan melayani nasabah di CIMB Niaga Digital Lounge, Jakarta, Rabu (6/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melayani nasabah di CIMB Niaga Digital Lounge, Jakarta, Rabu (6/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) merespons mengenai keputusan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan BI Rate menjadi 5,25% pada Rabu (16/7/2025). 

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan penurunan BI Rate merupakan sinyal positif. Namun, dampaknya terhadap cost of fund (CoF) atau biaya dana bank masih sangat bergantung pada dinamika likuiditas.

“Kami sambut baik penurunan BI Rate. Kita pantau saja apakah cost of fund bisa turun. Itu tergantung dari apakah likuiditas di market bisa lebih longgar,” ujar Lani kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025).

CoF yang lebih rendah, lanjut Lani, akan membuka ruang bagi penurunan bunga kredit secara bertahap. Meski demikian, dia menekankan bahwa lesunya permintaan kredit juga didorong oleh faktor ketidakpastian di kalangan pelaku usaha, bukan semata akibat suku bunga tinggi.

“Pelemahan kredit juga disebabkan oleh ketidakpastian, sehingga pelaku usaha masih memilih wait and see, sehingga bukan hanya karena bunga kredit,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada level 5,25% Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (16/7/2025). 

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15 dan 16 Juli 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25%, demikian juga suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility turun sebesar 25 bps menjadi 6,00%," ujar Perry.

Perry menyatakan keputusan itu konsisten dengan semakin rendahnya prakiraan inflasi pada 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta perlunya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi. 

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi sesuai dengan dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik."

Sementara itu, kebijakan makroprudensial akomodatif, lanjut Perry, terus dioptimalkan dengan berbagai strategi untuk meningkatkan kredit/pembiayaan, menurunkan suku bunga, dan fleksibilitas pengelolaan likuiditas perbankan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro