Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Tahan Suku Bunga Lagi, Ruang Pemangkasan BI Rate Makin Terbatas?

The Fed kembali menahan suku bunga dan diprediksi membatasi ruang BI untuk memangkas BI Rate lebih lanjut.
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean
Ringkasan Berita
  • The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,25%–4,50%, membatasi ruang Bank Indonesia untuk memangkas BI Rate lebih lanjut.
  • Bank Indonesia diperkirakan akan memprioritaskan stabilitas nilai tukar dan pengendalian inflasi, terutama setelah rupiah melemah ke atas Rp16.400 per dolar AS.
  • Risiko eksternal seperti perlambatan perdagangan global dan perang dagang AS dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia hingga paruh kedua 2025.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Samuel Sekuritas Indonesia memandang kembali ditahannya suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate akan membatasi kemampuan Bank Indonesia untuk lebih lanjut memangkas BI Rate di masa mendatang. 

Tim Strategi Makro Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) memandang Bank Indonesia (BI) akan memilih untuk memprioritaskan stabilitas nilai tukar dan pengendalian inflasi. Mengingat setelah Fed Fund Rate (FFR) ditahan, rupiah melemah ke atas Rp16.400 per dolar AS. 

“Di tengah sikap tunggu dan lihat The Fed yang terus berlanjut, kami memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga kebijakannya dalam beberapa bulan ke depan,” tulis SSI dalam keterangan resmi, Kamis (31/7/2025). 

Sejalan dengan hal tersebut, SSI melihat BI akan secara hati-hati menyeimbangkan stabilitas eksternal dengan kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan domestik pada 2025. Hal ini terutama berlaku mengingat volatilitas dapat kembali muncul jika inflasi AS melebihi perkiraan atau jika konflik perdagangan semakin memanas.

Di samping itu, perusahaan sekuritas tersebut mencatat bahwa risiko eksternal tetap ada seiring perlambatan perdagangan global, seperti yang ditekankan oleh kekhawatiran The Fed tentang ekspor bersih dan perang dagang AS yang persisten, yang dapat membebani kinerja ekspor Indonesia, terutama komoditas seperti minyak sawit, batu bara, dan nikel, hingga paruh kedua 2025 dan seterusnya.

Adapun sesuai dengan perkiraan konsensus, The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,25%–4,50% untuk pertemuan kelima berturut-turut, mencerminkan pendekatan yang hati-hati dan bergantung pada data di tengah melambatnya momentum ekonomi AS dengan tingkat inflasi yang tetap tinggi. 

Menariknya, adanya dua suara penentang yang mendukung pemotongan suku bunga, pertama kali terjadi sejak 1993, menandakan bahwa sebagian anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) semakin khawatir tentang perlambatan pertumbuhan dan dampak negatif dari perang dagang yang sedang berlangsung. 

Sementara itu, pembuat kebijakan mengakui bahwa meskipun tingkat pengangguran tetap rendah secara historis, The Fed tetap dalam mode tunggu dan lihat sambil menyeimbangkan risiko terhadap pertumbuhan dan stabilitas harga akibat potensi inflasi yang lebih tinggi akibat implementasi tarif.

Sepanjang tahun ini, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan tiga kali, total 75 basis poin. Sementara The Fed lebih memilih menahan suku bunganya pada periode tersebut. 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa pihaknya masih membuka ruang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate lebih lanjut usai pangkas 25 basis poin menjadi 5,25% dalam pertemuan Juli 2025. 

Perry menyampaikan hal tersebut dengan sejumlah pertimbangan mulai dari inflasi dan rupiah, sambil terus mendorong pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, Perry tak menyampaikan kapan akan memangkas BI Rate, apakah di sisa tahun ini atau pada tahun depan.  

“Mengenai timing dan besarnya tentu saja akan kami sesuaikan dengan dinamika perekonomian global dan domestik,” tuturnya dalam konferensi pers, Rabu (16/7/2025).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro