Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harapan Perbankan terhadap Belanja Negara di Paruh Kedua 2025

Sektor perbankan berharap belanja negara di paruh kedua 2025 mendorong kredit, meski tantangan biaya dana dan pencadangan tetap ada.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki paruh kedua 2025, sektor perbankan nasional menaruh harapan besar pada percepatan realisasi belanja pemerintah untuk mendorong permintaan kredit dan menopang kinerja industri. 

Meskipun prospek tersebut memberi angin segar, tantangan struktural seperti tingginya biaya dana (cost of fund/CoF), tekanan margin bunga, dan kebutuhan pencadangan masih menjadi batu sandungan bagi profitabilitas bank.

Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Tbk., Lani Darmawan, menilai bahwa pengaruh belanja negara terhadap perekonomian sangat besar, termasuk terhadap aktivitas sektor UMKM yang menjadi tulang punggung penyaluran kredit. 

Namun, katanya, dampak positif tersebut perlu didukung oleh kondisi likuiditas yang lebih longgar agar ekspansi kredit berjalan optimal.

"Tentu saja dibutuhkan beberapa faktor penunjang lain, seperti melonggarnya likuiditas di market dibutuhkan agar cof juga bisa menurun dan bank bisa terus menyalurkan kredit," ujar Lani kepada Bisnis, Kamis (31/7/2025).

Dia menambahkan bahwa pelonggaran likuiditas sangat dibutuhkan agar biaya dana menurun dan perbankan memiliki ruang lebih luas untuk menyalurkan pembiayaan.

Soal profitabilitas, memang perbankan masih harus menghadapi tekanan berat, terutama akibat tingginya CoF dan kebutuhan pencadangan. 

Lani menjelaskan, meskipun pendapatan bunga bersih (NII) CIMB Niaga masih tumbuh, walaupun memang tantangan masih tinggi. Namun, strategi penguatan pendapatan nonbunga berhasil menahan penurunan profitabilitas. 

"Porsi fee income kami lumayan bagus pertumbuhannya sebagai hasil fokus beberapa tahun ini. Fee to income ratio bisa di atas 30%, ini sangat membantu," jelasnya. 

Selain itu, kata Lani, manajemen biaya dan pengelolaan kualitas aset menjadi kunci. “Kami tahu kapan harus kencangkan ikat pinggang, tapi investasi kunci tetap jalan. NPL kami pun bagus di level 1,88%,” imbuh Lani.

Di sisi lain, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, menilai realisasi belanja pemerintah bisa menjadi pendorong kuat bagi permintaan kredit di semester II/2025. 

Namun, dia juga mengingatkan bahwa tekanan terhadap profitabilitas bank belum reda, seiring dengan peningkatan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang harus disiapkan menghadapi ketidakpastian global.

"Proyeksi profitabilitas akan tertekan seiring dengan peningkatan CKPN," sebutnya. 

Sementara itu, Pengamat Perbankan dari Binus University, Doddy Ariefianto, menjelaskan bahwa pengaruh belanja pemerintah sejatinya cukup terasa pada sektor-sektor tertentu seperti perhotelan, rumah makan, serta industri makanan dan minuman. 

“Memang dampaknya hanya di sektor-sektor yang sensitif terhadap pengeluaran pemerintah. Jadi tidak menyeluruh. Tapi tetap saja, sektor-sektor itu bisa mengalami dorongan signifikan ketika belanja pemerintah direalisasikan,” ujar Doddy.

Namun, arah kebijakan yang bergeser ke program strategis seperti pembangunan koperasi Merah Putih atau program 3 juta rumah, menunjukkan bahwa pemerintah tetap memainkan peran penting dalam menopang pertumbuhan.

“Kontribusi belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 20%–30%. Jadi ketika belanja melambat, dampaknya pasti terasa,” kata dia.

Di sisi lain, terkait outlook profitabilitas industri perbankan di tengah tekanan margin bunga dan kebutuhan pencadangan, Doddy menilai bahwa kondisi perbankan pada 2025 kemungkinan tidak akan jauh berbeda dengan 2024.

“Profitabilitas bank tahun ini sepertinya akan berada di level yang mirip dengan 2024,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro