Bisnis.com, JAKARTA — J.P. Morgan memprediksi harga emas akan terus menanjak, yang diiringi dengan ketatnya pasokan emas. Di tengah gejolak pasar itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) memastikan cadangan emas mereka tetap aman untuk memenuhi permintaan nasabah.
Direktur Sales and Distribution BSI Anton Sukarna mengungkapkan perseroan menjaga pasokan emas dengan pengelolaan yang ketat untuk menghindari risiko pasar.
“Yang penting ketika nasabah pesan, kami punya. Stok diatur teman-teman treasury, tidak boleh terlalu besar karena ada market risk,” ujarnya ketika ditemui di Kantor Pusat BSI Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Menurut Anton, cadangan emas BSI dibatasi maksimal 50 kilogram per hari, dengan rata-rata persediaan harian di kisaran 15 sampai 20 kilogram. Untuk memastikan ketersediaan, BSI bekerja sama dengan sejumlah pemasok, termasuk PT Antam serta beberapa supplier lainnya.
Meski pasar global mengetat, bisnis bullion BSI yang baru diluncurkan Februari lalu tetap bertumbuh. Hingga Mei 2025, total pembiayaan cicil dan gadai emas BSI mencapai Rp16,43 triliun, melesat 92,52% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
BSI juga tengah mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meluncurkan produk simpanan emas pada kuartal IV/2025.
Baca Juga
“Mudah-mudahan izinnya bisa keluar sebelum akhir tahun ini,” kata Anton.
Ketatnya pasokan emas terjadi seiring lonjakan permintaan global. Sepanjang tahun ini, harga emas telah melesat sekitar 30% (year to date/YtD) dan mencapai rekor tertinggi US$3.500 per troy ounce pada April 2025, atau sekitar Rp57,35 juta. Angka itu melampaui proyeksi awal J.P. Morgan Research.
Fenomena serupa terjadi di negara lain. Pada Februari lalu, The Korea Times melaporkan Korea Minting and Security Printing Corp. menghentikan penjualan emas batangan ke bank-bank domestik. Di China, Bursa Emas Shanghai juga mengalami perlambatan pasokan emas fisik sejak akhir tahun lalu.