Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menilai geliat ekonomi nasional semakin solid di tengah tren penurunan inflasi serta penurunan suku bunga Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5% pada Rabu (20/8/2025).
Bank pelat merah tersebut melihat momentum ini membuka ruang lebih besar bagi sektor keuangan untuk memperkuat intermediasi.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi menyampaikan bahwa sejumlah indikator ekonomi menunjukkan perbaikan. Dia menilai penurunan inflasi menjadi salah satu faktor pendukung, sementara kinerja ekonomi domestik pada Agustus 2025 masih berada pada level yang solid.
Dia menjelaskan, stabilitas ekonomi domestik turut terbantu oleh perkembangan global, khususnya tren inflasi dunia yang melandai ke 3,5% secara tahunan (year on year/YoY) pada Juli 2025. Kondisi ini, menurutnya, membuka ruang kestabilan pasar keuangan meskipun ketidakpastian geopolitik masih membayangi.
Lebih lanjut, Hery menggarisbawahi bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II/2025 mencapai 5,12% (YoY), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
“Ekonomi domestik tetap solid rebound-nya pertumbuhan ekonomi global diikuti dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang cukup bagus,” kata Hery dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR. Kamis (21/8/2025).
Baca Juga
Perbaikan fundamental ekonomi itu juga tercermin pada sektor investasi dan konsumsi. Hery menjabarkan data kuartal II menunjukkan akselerasi investasi sebesar 7,99% serta konsumsi rumah tangga yang naik 4,97%.
Hery menegaskan bahwa capaian ini membuktikan pondasi ekonomi domestik masih kuat menopang pertumbuhan di tengah dinamika global.
Dia juga melihat dukungan kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) semakin memperkuat prospek perekonomian. Kebijakan akomodatif regulator dan pemerintah diyakini menjaga momentum pertumbuhan ke depan.
Dari sisi perbankan, Hery menyebutkan bahwa kondisi likuiditas semakin longgar seiring kenaikan dana pihak ketiga (DPK) dan tren penurunan suku bunga.
“Pertumbuhan DPK 7% [YoY] pada bulan Juli 2025 dan LDR perbankan menurun ke angka 86,5% menandakan ruang intermediasi yang baik,” jelasnya.
Selain itu, rasio alat likuid terhadap DPK meningkat menjadi 27,1%, mencerminkan kesiapan bank dalam memenuhi kewajiban likuiditas. Apalagi, BI sudah memangkas suku bunga acuan hingga total 100 basis poin sepanjang tahun ini, sehingga BI rate kini berada di level 5%.
Hery menambahkan, turunnya BI rate turut mendorong penurunan suku bunga antarbank menjadi 4,68% per 20 Agustus 2025.
Kebijakan tersebut, kata dia, membantu perbankan menekan biaya dana, meningkatkan efisiensi, dan memperbesar ruang ekspansi kredit. Selain itu, langkah BI memangkas penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga mengurangi tekanan persaingan dengan produk simpanan berjangka.